Kamis, 24 Juli 2014

Menanggapi Acara Metro TV Sentilan Sentilun dengan Tema Potret Pendidikan Nasional

Kesaksian wakil menteri pendidikan indonesia dalam acara tv sentilan sentilun membuat saya semakin geram saja. Ia betul-betul menutup mata dari persoalan sontek-menyontek di dunia ujian nasional. Ia bahkan menyangkal dengan kata-kata yang sangat tidak berdasar "itu tidak mungkin terjadi" menyusul pemaparan Asri Welas yang telah menjelaskan secara terang teknis 'kelicikan' itu. Dari mulai satu sekolah yang semua muridnya ribut membicarakan udunan uang yang akan digunakan untuk membeli soal, atau kunci jawaban, atau entah itu apa yang pasti berkaitan dengan ujian nasional yang akan dihadapi mereka. Kemudian polemik mengenai siswa yang tidak pintar di sekolahnya bisa meraih nilai UN tertinggi. Itu sering sekali terjadi. Bahkan siswa yang pintarpun kalah. Bagaimana itu bisa terjadi? Tanya semua orang yang menyaksikan acara itu di benak dan kemudian terutarakan oleh Asri Welas. Jawaban sang wakil menteri sungguh mengecewakan seperti tidak ada keinginan untuk memperbaiki "masalah besar" tersebut. Mendengarnya, hati saya langsung terbanting pecah berkeping-keping.

Ada lagi satu hal yang membuat heran perihal pernyataan wakil menteri yang bersaksi bahwa beliau tidak pernah melihat soal-soal ujian nasional. Mungkin pernyataan itu untuk meyakinkan masyarakat bahwa kebocoran itu tidak mungkin ada lha wong wakil menteri pendidikan sajà tidak pernah melirik soàl itu. Tapi bukan itu yang digariabawahi melainkan komitmen dari para peneliti soal termàsuk jika sang wakil menteri melihatnya untuk tidak membocorkannya kepada siapapuñ. Bapak wakil menteri pendidikan yang memantau persiapan ujian nasional bagaimana mungkin tidak pernah melihat ataupun memeriksa soal-soal ujian nasional secara detil? Pantas saja selepas pelaksanaan ujian nasional kemarin banyak polemik yang mengkritisi soal ujian nasional yang bermasalah seperti soal yang mengandung unsur politik. Karena masalah itu, pemeriksaan pun dilakukan dan jelas ujung-ujungnyà kementerian pendidikan sendiri juga bukan yang repot? Soal ujian berlevel NASIONAL bisa berpenyakit kronis seperti ini? Sungguh ironis. Mbok ya dilirik soalnya sebentar saja apa salahnya tho?

Terlepas dari acara tersebut yang cukup menghibur karena memang berkategorikan acara komedi, saya hanya menanggapi pembicaraan para pengisinya yang menyinggung-nyinggung soal ujian nasional atau dunia pendidikan saja.

Ada lagi alasan yang dibeberkan wakil menteri pendidikan dalam meyakinkan masyarakat bahwa soal ujian nasional tidak mungkin bocor adalah setiap siswa yang mendapatkan soal berbeda di setiap pelajarannya. Begitu katanya. Itu memang fakta. Tapi apa Bapak bangga dengan itu? Ingin menunjukan bahwa tim dari kementerian pendidikan telah mampu membuat soal dengan bermacam variasi dan perbedaan tingkat kesulitan? Itu jelas jauh melenceng dari kompetensi sekolah, Pak. Coba pikirkan apakah mampu guru di sekolah membuat 20 jenis soal berbeda dengan tingkat kesulitan sama? Itu akan menjadi untung-untungan ketika siswa yang mendapat soal mudah bisa lulus sementara yang sulit tidak. Ujian nasional itu adalah penyetaraan proses kelulusan dari jenjang sekolah tertentu se-Indonesia. Bagaimana bisa secara nasional sementara soal ujiannya sendiri tidak setara bahkan dalam satu ruangan ujianpun.

Para pengisi di acara tersebut di antaranya ada Butet Kertaradjasa, Slamet Raharjo dan Asri Welas, dengan bintang tamu spesial salah satu maskot ujian nasional yang amburadul ini, Bapak Wakil Menteri Pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak menarik acara ini? Obrolan serius yang dikemas secara unik dan bisa mengocok perut. Seperti saat Butet yang berperan sebagai pembantu rumah tangga menanyakan perihal orang-orang yang diterima di perguruan tinggi 'kok hanya orang-orang pintar saja. Lantas kapan orang bodoh menjadi pintar? Apa orang bodohnya diternakkan saja? Kelakarnya.
"Itu ada penanganannya. Sekarang ini orang-orang yang tidak diterima di perguruan tinggi bisa masuk sekolah keterampilan seperti politeknik, akademi, atau sekolah menengah kejuruan." Begitu jawab wakil menteri.

Di awal pembicaraan, sang wakil menteri memaparkan secara teknis pengamanan yang menurutnya sudah sangat-sangat bersih perihal ketidakmungkinan adanya kebocoran ujian nasional. Mulai dari segi percetakan yang sangat aman karena petugasnya diberedeli dulu handphone, pakaian, saku, kamera, dan alat komunikasi lainnya sehingga soal ujian nasional aman terkendali. Ditambah beliau sendiri yang menyaksikan itu semua.

Tolong jangan jadikan ujian nasional  sebagai penentu kelulusan, tapi hanya dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. Karena jika ujian nasional  terus dijadikan penentu kelulusan dikhawatirkan sekolah bukannya mendidik siswa untuk siap menghadapi tantangan hidup masa depan akan tetapi siswa dipersiapkan hanya untuk menjawab soal-soal ujian nasional yang tidak akan dihadapi dikehidupan nyata. Soal-soal ujian nasional itu bahkan mematikan kreatifitas siswa dengan diberikannya pilihan berganda dalam prosedur menjawabnya.

Dalam acara yang tayang di metro tv pada pukul 23.05-23.30 tersebut, menteri pendidikan memaparkan tujuan-tujuan ujian nasional yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dañ sekolah. Jika ujian nasional dilaksanakan ideal bisa tujuannyapun bisa tercapai karena sesungguhnya tujuannya itu sendiri adalah sangat mulia. Kompetensi pada suatu mata pelajaran misalnya jika seorang anak tersebut diujikan kemudian mendapat nilai jelek akan bisa terdeteksi di mana kekurangan sekolah tersebut. Bisa jadi gurunya yg mengajar bukan sesuai mata pelajarannya, atau fasilitasnya kurang memadai, atau buku sumber tidak ada, maka dari kementerian pendidikan bisa segera mengirimkan bantuan. Pertanyaannya apakah yang seperti itu sudah benar-benar dilaksanakan mengingat ketidakjujuran dari semua komponen masih sangat sulit dimusnahkan?

Masih ada orang jujur itu jelas ADA. Tapi sedikit. Hal ini persis seperti yang tersurat dalam Al Quran "...namun sedikit sekali dari kamu yang bersyukur"
Semoga Saya termasuk bagian yang sedikit itu. Dan Anda juga tentunya. Amin.

Salam hangat.

Maryam Fathimiy