Dakwah. Apa yang terlintas di
pikiran ketika mendengar kata ini? Mungkin suatu kegiatan berkoar-koar di
hadapan masyarakat mengorasikan wahyu Tuhan. Atau kegiatan mempengaruhi orang-orang
agar mau sepaham dalam urusan agama. Semuanya benar. Dakwah adalah tugas. Kata
kerja yang berarti penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat.
Itu menurut kamus besar bahasa Indonesia. Sesungguhnya siapa yang terkena
perintah melaksanakan dakwah ini?
Umat muslim. Ya, benar : umat
muslim, yang kepadanya tak peduli di belantara manapun ia tinggal terciprat
kewajiban menyiarkan ajaran islam ke seluruh penjuru dunia. Pada hakikatnya,
tugas nabi dan rosul setelah diberikan wahyu oleh Allah adalah mendakwahkannya
ke semua umat manusia agar manusia mengikuti maunya Allah. Manusia itu hanya
budak, abdi Allah, begitu yang diajarkan nabi dan kita harus menurutinya.
Mari kita melempar kembali ingatan ke zaman dakwah Nabi Muhammad saw
dulu yang penuh dengan batu tajam perlawanan, zaman sekarang yang sudah masuk
abad 21 tidak lagi begitu. Tidak ada yang namanya pedang bermata dua secara
denotasi dalam gerak dakwah. Sekarang ini adalah pedang dan kuda perang
pemikiran yang sedang digencar-gencarkan oleh para musuh islam. Selamanya islam
akan memiliki musuh meskipun mudah saja Allah menjadikan kita satu rumpun.
Tetapi Allah hanya menyeleksi siapa-siapa yang pantas masuk ke dalam
firdaus-Nya kelak. Namun, perlu disadari bahwa yang namanya perjuangan
menggapai surga Allah tidaklah semulus jalan tol.
Secara teknis taktis, dakwah
sekarang harus mengikuti bahasa kaumnya, tidak menggurui dan harus bisa seolah
menjadi teman sebaya. Dengan membuat intitusi atau organisasi juga bisa menjadi
strategi dakwah yang pintar. Kemudian organisasi itu akan masuk dan menggandeng
berbagai institusi yang sudah ada dengan membangun relasi yang kuat. Seperti
misalnya masuk ke dalam lingkungan Unit Kegiatan Mahasiswa, atau di lingkungan
tempat tinggal jika melihat masjid, di situ ada kesempatan ladang amal dan
pahala yang bisa dieksploitasi kekayaannya, sambil menyaring mana orang-orang
yang dirasa kompeten dalam melanjutkan estafeta perjuangan rosulullah dalam hal
berdakwah ini.
Lingkungan yang dekat dan strategis
membuat para pegiat dakwah mudah untuk mecari lahan dakwahnya dan bisa
memasukkan nilai-nilai kebenaran yang sudah diketahuinya. Dakwah hakikatnya
adalah menyebarkan, sharing, memberitahu. Sekarang ini telah banyak media
sosial yang memiliki prinsip berbagi dan atau menginformasikan hal yang sedang
berhubungan dengan si pengguna akun misalnya Path. Pengguna Path dapat dengan
mudah mensharingkan apa yang sedang dibacanya kepada para follower-followernya.
Kita bisa manfaatkan dengan mensharing buku apa yang sedang kita baca, sedang
mengikuti masjilis ta’lim di masjid mana kita, atau sedang mendengarkan musik
islami apa kita. Dengan begitu, dakwahpun bisa berjalan menggunakan media
sosial tersebut. Selain path, kita juga bisa menggunakan jejaring sosial facebook,
twitter, line, blackberry messenger, blog, tumblr, atau yang lainnya.
Prinsipnya sama: berbagi. Dengan niat yang luhur yakni ridho ilahi. Jika
demikian, insya allah kegiatan bermedia sosial seorang muslim tiada kan
sia-sia.
Para
“penyeru” ajaran wahyu ini biasa disebut da’i dan orang yang didakwahkan
disebut mad’u. Para da’i menyeru kepada agama Allah dan kepada tegaknya sistem
kehidupan di mana ajaran agama terealisasikan secara total. Dalam dakwah, yang
kadang luput dari perhatian da’i adalah terlalu fokus kepada mad’u, bagaimana
supaya mad’u tergerak hatinya dan mendapatkan hidayah. Padahal Allah-lah Sang
Pembolak-balik Hati. Hidayah itu milik Allah Ta’ala saja. Kita sebagai da’i
seharusnya melihat ke dalam diri, berkaca mematut hati sudah pantaskah kita
berada dalam jalan dakwah. Jadi, yang pertama harus diubah adalah diri kita
sendiri dulu baru kemudian mengubah masyarakat. Kita sebagai bagian dari
masyarakat memiliki andil besar atas pandangan baik-buruknya kita khususnya
sebagai muslim di mata dunia. Kegiatan berdakwah akan otomatis menjadi alarm
diri ketika akan terjerumus ke dalam keburukan. Pelaku akan ingat tugasnya
sebagai da’i apakah patut berbuat hal buruk demikian, misalnya.
Tujuan
berdakwah sendiri adalah tegaknya islam. Islam akan mampu menjalankan perannya
ketika sudah tertata dalam masyarakat atau umat. Jalan satu-satunya untuk
mewujudkan itu adalah dengan berdakwah. Menyebarkan seluas-luasnya nilai-nilai
islam kepada masyarakat adalah hakikat dari dakwah. Dan semua yang telah atau
pernah bersentuhan langsung dengan islam terkena kewajiban berdakwah.
Hai
teman, kenapa itu semua kedengarannya hanya seperti tips tips cantik saja yang
lahir dari pemikian manusia? Isi kepala manusia itu terbatas bukan? Jika kita
berpijak padanya terus akan tersesatlah kita, tidak tahu nilai-nilai hakiki
dari apa sesungguhnya Dinul Islam itu. Maka dari itu, yang harusnya dijadikan
landasan iman dan islam kita adalah sesuatu yang universal. Sepanjang masa
tidak pernah berubah. Ialah Al-Quran dan Assunnah, yang telah melahirkan para
generasi sahabat yang telah sulit ditemukan di zaman modern ini. Kembalilah
kepada dua jalan ini (Al-Quran dan Assunnah) yang seyogyanya merupakan solusi
dakwah terbaik di zaman ini.