Jumat, 07 Agustus 2015

Pemertahanan Bahasa Indonesia di Tengah Globalisasi



            Ketika saya sedang berkumpul bersama teman-teman saya yang mendalami ilmu ekonomi, saya dibilang begini: “Ah, sayang sekali Anda mempelajari bahasa Indonesia di perkuliahan Anda, sekarang ini yang lebih terpakai adalah bahasa Inggris.” Saya tersenyum saja mendengar teman saya berbicara begitu. Teman saya ini sehari-harinya memang berkutat dengan isu global yang membahas perekonomian dunia. Ia tahu ramalan ekonomi terkini tentang Indonesia bahwa negeri ini akan bergerak dari kekuatan ekonomi dunia terbesar ke-16 menjadi ketujuh di tahun 2030. Ia tahu segala hal mengenai saham, nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga-harga bahan pokok yang fluktuatif, dan sebagainya. Saya yakin banyak orang yang berfikiran sama layaknya teman saya itu. Terutama di zaman globalisasi seperti sekarang ini. Tapi saya mencoba menanggapi opini itu dengan pendekatan lain. Apakah yang membuat mereka bisa berpendapat dan menyimpulkan hal-hal itu? Apa alat yang mereka gunakan untuk menjelaskan kepada dunianya tentang isu-isu ekonomi tersebut? Bagaimana cara mereka bisa mengatakan dan mengungkapkan gagasan-gagasannya?
            Jawabannya adalah tentu saja dengan penggunaan bahasa. Segala macam ilmu pengetahuan baik itu ekonomi, teknologi, politik, sosial, budaya dan sebagainya pasti membutuhkan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan segalanya. Hubungan bahasa dan ilmu pengetahuan bersifat kumulatif, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Tanpa kegiatan berbahasa—baik itu tertulis maupun lisan—bisa ditebak bahwa segala ilmu pengetahuan pasti menemui ajalnya dan Indonesia akan berlayar bagai kapal tanpa kompas.
Di era globalisasi seperti kurun waktu sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyeruak semakin pesat. Hal ini akan menimbulkan kepincangan bagi suatu bangsa jika tidak diimbangi dengan kecakapan penggunaan bahasa oleh masyarakatnya. Bidang bahasa  telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bisa dipergunakan untuk menulis berbagai macam ilmu pengetahuan. Biarpun bagaimana, segala buku teks yang berbahasa Inggris tentunya harus ‘diartikan’ dulu ke dalam bahasa Indonesia yang cocok agar bisa dimengerti oleh kita: orang Indonesia.
Suatu bangsa akan tergusur arus globalisasi yang bukan main dahsyatnya jika tidak memiliki bekal berbahasa yang baik. Dalam hal ini, Indonesia punya suplemen andalannya agar masyarakatnya tidak jauh tertinggal karavan globalisasi ini. Adalah bahasa Indonesia; yang menjadi anugerah Tuhan terbesar bagi kita bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat melenyapkan persoalan bahasa yang sangat pelik dan menimbulkan emosi kedaerahan. Kita tahu bahasa Inggris sedemikian luasnya dipakai di dunia. Tetapi bahasa Indonesia adalah bekal awal orang Indonesia jika mau menguasai dunia. Tidak ada orang sukses Indonesia yang tak cakap menggunakan bahasa Indonesianya. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar dirasa perlu bahkan lebih utama dibanding bahasa lainnya demi memperluas wawasan orang Indonesia dalam mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menghadapi era globalisasi.
Tetapi yang terjadi sekarang justru orang semakin menjauh dari bahasa yang bisa merekatkan perbedaan di negeri zamrud khatulistiwa ini. Hal tersebut otomatis menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang paling kurang efektif menjelaskan dirinya sendiri pada dunia luar. Mari kita lihat kenyataan, hampir 90 persen karya tulis ilmiah tentang Indonesia justru disusun oleh mereka yang tinggal di luar Indonesia, yang sebagian besar tentunya adalah orang asing. Padahal keistimewaan Indonesia tidak seperti di Negara-negara lain yang tidak memiliki bahasa yang diakui secara nasional sehingga sering timbul perpecahan kedaerahan. Contohnya di Belgia, penduduk yang berbahasa Flaams mengalami diskriminasi dari pembicara-pembicara bahasa Perancis. Lebih menyedihkan lagi ialah persoalan bahasa di negara-negara afrika di sebelah selatan Sahara yang memiliki tidak kurang dari delapan ratus bahasa. Bayangkan jika Indonesia tidak memiliki bahasa nasional bahasa Indonesia? Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, dan budaya ini akan menjadi kacau balau. Beruntung Indonesia punya satu bahasa yang kedudukannya di atas bahasa-bahasa daerah lainnya yaitu bahasa Indonesia. Inilah yang sesungguhnya dibutuhkan masyarakat Indonesia guna mempertahankan eksistensi Indonesia di mata dunia.      
            Kemajuan suatu bangsa memang bisa dilihat dan dihitung dari segi ekonomi maupun sektor lainnya, tetapi apakah jika tidak diiringi dengan kualitas penggunaan bahasa oleh masyarakatnya akan juga menjadi bangsa yang dinilai baik oleh dunia? Kalau dalam berbicara seseorang melakukan kesalahan dengan mempertukarkan kata-kata bahasa kasar dengan kata-kata bahasa halus, atau sebaliknya, ia akan dianggap kampungan, bukan sekolahan, tak beradab, dan tidak bisa disebut sebagai orang yang berbangsa.
Selain bahasa, semua orang pun tahu bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam, manusia, dan budayanya. Segala hal itulah yang sering masyarakat Indonesia gaung-gaungkan kebanggannya di mata dunia. Tetapi saya juga ingin mengatakan, hanya ada satu hal yang bisa dibanggakan oleh bangsa Indonesia ketika sudah tidak ada lagi kekayaan apapun yang ada dalam genggaman tangannya. Satu hal ini kepemilikanya mutlak kepada masyarakat Indonesia secara utuh dan dikuasai juga oleh hampir setiap individunya. Ialah bahasa Indonesia yang jika ia dijunjung tinggi, maka ia tidak akan lekang dimakan zaman dan tidak bisa dicaplok ataupun direbut oleh bangsa manapun di seluruh jagat raya.