Cerpen ini dimulai dengan satu paragraf singkat
yang menggambarkan sisi-sisi positif
buah pepaya. Dijelaskannya ranum, manis, segar, dan lezat buah papaya
itu membikin heran bagi siapapun jika sampai memusuhinya. Paragraf pertama
tersebut adalah tahapan awal pembaca yang sebetulnya mau ditunjukan hal lain:
konflik cerita, yang ini ada di paragraf kedua. Di paragraph kedua, pandangan
positif tentang buah papaya langsung dibanting penulis ketika mendeskripsikan
dengan gamblang keadaan buah pepaya si tokoh utama yang sangat mengenaskan,
melintang kaku di tanah, getahnya mengalir bagai darah segar, lukanya menganga
bekas bacokan. Melalui paragraf kedua ini, pembaca akan meringis meresapi
perasaan Sali, pemilik pohon pepaya, seorang lelaki yang menjadi tokoh utama
dalam cerita ini.
Muhammad Ali ingin mengutak-atik logika pembaca,
memutarbalikkan pandangan menjadi tak biasa. Pembaca dipertahankan
keberpihakannya pada si tokoh utama tetapi sembari menggambarkan betapa konyol
yang dilakukannya. Masalah buah pepaya yang
ditebang dan dihancurkan oleh orang tak dikenal memang terlihat konyol dan
seolah membesarkan masalah kecil. Tetapi ini adalah simbol yang menggambarkan
betapa lazimnya kita menyepelekan masalah kecil yang sebetulnya bisa pula
mengakibatkan hal-hal fatal yang tidak diinginkan seperti misalnya kematian.
Hal kecil yang menjadi masalah juga bisa menimbulkan penyesalan. Digambarkan
dengan lenguh jeritan istri Sali yang sedih melihat kondisi suaminya yang
pingsan dan mungkin meninggal. Amanat yang ingin disampaikan pengarang
dalam cerita ini, agar jangan menganggap remeh setiap masalah kecil serta jangan menyepelekan hal-hal kecil. Karena bisa jadi dari masalah kecil itu nantinya akan berubah menjadi masalah besar yang
sulit untuk diatasi dan hanya akan menimbulkan penyesalan.
Sali digambarkan sebagai seorang lelaki polos
rakyat jelata biasa yang sebangun dari tidurnya ia melihat buah pepaya
kesayangannya telah dirobohkan oleh seseorang yang tak dikenal. Sali hanya
memikirkan buah pepaya saja dalam hidupnya. Pohon pepaya itu bak anak
kandungnya sendiri yang ia sudah tanam dan besarkan sejak kecil. Ia merasa
menjadi ayah yang kehilangan anak kandungnya. Sali pun pergi ke pak lurah untuk
meminta keadilan. Di kantor pak lurah, tempat yang ia kira akan memberikan
pelayanan dan keadilan untuk dirinya dan kematian “anak kandungnya” itu, malah
memberi cibiran dan cemoohan. Pak lurah malah menasehatkan Sali untuk tidak membesar-besarkan
masalah kecil serta mengingatkan bahwa yang menjadi penting adalah persoalan
kerukunan warga dan bukan buah pepaya.
“Uh,
sebatang pohon pepaya tak lebih berharga dari sepincuk nasi rames dan kau mau berlagak
seolah-olah kehilangan anak kandung kesayanganmu?”
Dari penggalan percakapan itu pembaca pada
awalnya dibuat setuju dengan pendapat pak lurah, tetapi pengarang terus
mempertahankan pandangan Sali yang menganggap ini masalah besar dan perlu
diselesaikan oleh pihak berwenang. Ia terus menganggap ini sebuah ketidakadilan.
Pandangan Sali inilah yang menjadi inti konflik cerpen ini. Yang mau pengarang
sampaikan adalah berupa gambaran masyarakat zaman sekarang yang cenderung tidak
memberi perhatian lebih pada rakyat kecil. Masalah pencurian apabila dilakukan
oleh rakyat kecil maka hukumannya bisa bertahun-tahun penjara tapi kalau
koruptor besar, hukumannya hanya satu-dua tahun saja.
“Pembesar
kukira tak sudi mengurusi soal-soal sepele seperti ini....” sela tetangga.
“Mereka Cuma mengurusi perkara-perkara besar saja. Urusan seperti ini tentulah tidak menarik minat mereka.”
“Mereka Cuma mengurusi perkara-perkara besar saja. Urusan seperti ini tentulah tidak menarik minat mereka.”
Ada lagi saripati manis yang bisa diperas dari
makna cepen gerhana ini yakni mengenai kasih sayang orang tua. Tidak ada
sesuatu pun yang lahir tanpa orang tua. Apapun itu, baik benda mati ataupun
hidup pasti ada yang menciptakan dan pasti ada yang menyayangi. Seperti tuhan
yang menciptakan kita, Ia berikan seluruh kasih sayangnya dengan memelihara
kita. Kasih sayang ibu dan kasih sayang ayah juga tiada putusnya. Sali
mencintai buah pepayanya dan Sali mencintai buah cintanya, anak-anaknya, darah
dagingnya, melebihi apapun yang ada di dunia. Bahkan kalau perlu pengorbanan
darah sebesar lautanpun akan dilakukan ibu demi anak-anaknya.
Cerpen Gerhana karya Muhammad Ali ini kiranya
juga memiliki tema politik, yakni berupa sindiran bahwa pada zaman sekarang ini
banyak lembaga-lembaga milik pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan, baik itu kasus kecil ataupun kasus
besar, mulai mengabaikan tugas utama mereka. Lembaga-lembaga milik pemerintah
itu hanya melayani kasus besar saja, juga kasus yang datangnya dari warga yang
dianggap memiliki status sosial tinggi. Sedangkan kasus kecil diabaikan,
dianggap sepele, terlebih yang meminta bantuan itu hanya warga biasa atau
dalam kata lain disebut rakyat jelata.
Dalam cerpen ini juga diceritakan kegelapan bagi
Sali dan istrinya. Mereka ada kekosongan komunikasi antar keduanya sehingga
bisa terjadi hal buruk seperti itu. Hendaknya suami istri saling mengomunikasikan
persoalan apapun yang terjadi di rumah. Jangan sampai seperti Sali dan keluarga
Sali. Hanya karena sebuah masalah sepele yang tidak dikomunikasikan dengan
baik, bisa berakibat fatal. Keduanya sama-sama gelap mata dalam mempertahankan
apa yang dianggapnya penting. Aoa yang disayangi dan dicintainya menjadi nomer
satu sehingga melupakan kewajiban menjadi seorang orang tua yang seharusnya
menjaga anak, memberi contoh yang baik pada anak, tetapi malah berbuat hal
konyol. Terlebih keputusan melakukan hal seperti itu tanpa ada pertimbangan
antara satu dengan yang lainnya. Akibatnya keduanya menjadi lepas diri dan
hilang akal hingga sampai pada satu titik puncak, menyerah, menyesal, dan mati.
Dari segi pendidikan ada juga yang bisa diambil
dari cerpen ini. Kita melihat latar tempat cerita ini adalah di desa terpencil.
Digambarkan dengan kerumunan tetangga, rumah pak lurah yang tidak jauh dari
tempat, perhatian para tetangga yang biasanya ditunjukan oleh masyarakat desa,
dan dipan rumah. Itu semua menggambarkan suasana desa yang notabene di desa itu
pendidikannya kurang. Kalau Sali dan keluarganya mengenyam pendidikan sampai
tinggi, mungkin tidak akan Sali memikirkan buah pepaya saja dalam hidupnya. Ia
mungkin akan mempelajari buah pepaya secara ilmu gizi ataupun morfologi dan
biologinya. Bukan hanya sebartas merawat dan menjaga tanaman itu sampai berbuah
ranum. Sikap Sali yang seperti itu menggambarkan potret orang-orang desa zaman
sekarang yang sedikit sekali mengenyam pendidikan. Ini seharusnya menjadi
perhatian lebih pemerintah dalam hal pemerataan pendidikan di Indonesia. Bukan
hanya pemerintah saja tapi segenap masyarakat Indonesia. Kita belajar di
universitas bukan untuk mencari IPK semata tetapi juga untuk mengabdi kepada
masyarakat. Maka ayomilah masyarakat dengan apa yang kita bisa misalnya ilmu.
Tak perlu muluk-muluk harta, di desa, masyarakat mendapat pendidikan gratis pun
mereka sudah senang.
Dikritisi dari segi judulnya kenapa Muhammad Ali
memakai judul Gerhana dalam cerpen
ini kiranya mengacu pada hubungan antara Sali dan istrinya yang saling gelap
mata menjaga apa yang dicintainya. Sali sangat mencintai pohon pepayanya dan
istrinya sangat mencintai anak-anaknya. Ini dituliskan dalam paragraph terakhir
: “Pohon
celaka itulah gara-gara semua ini. Beginilah jadinya. Akulah yang menebangnya
semalam, karena anak-anak seringmemanjatnya....” Jelas sekali bukan bahwa
hubungan antara Sali dan istrinya adalah bagai gerhana yang saling menutupi.
Mereka selalu berlawanan pendapat seperti layaknya gerhana yang selalu saling
menutup dan tertutupi oleh satu dan yang lainnya. Mereka tidak mau bertemu dan
akhirnya mengakibatkan kegelapan pada bumi. Gerhana matahari membuat siang
seperti malam gelap. Gerhana bulan membuat malam tak cerah dan duniapun
sempurna gelap. Itu yang mau digambarkan penulis pada pembaca bahwa gerhana itu
bisa danalogikan untuk sebuah masalah rumah tangga seperti kisah si Sali ini.
Analogi yang bagus. Semua manusia pasti pernah berbeda pendapat satu sama lainnya.
Tetapi kita coba cerahkan semuanya. Obrolkan baik-baik bersama orang yang
bersangkutan itu agar tidak terjadi gerhana kehidupan yang tidak diinginkan di
kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar