Sabtu, 03 Januari 2015

Memaksimalkan Potensi Pemberian Allah dalam Ladang Amal Islam


            Betapa pentingnya mempelajari Alquran bagi setiap jiwa-jiwa manusia yang terkena kewajiban berislam secara kaffah. Alquran bukanlah piala yang dibaca hanya saat seremonial perayaan hari-hari tertentu saja. Al-quran bukan saksi bisu para petinggi yang dilantik dan ucapkan janji. Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk dan penerang kepada ummat manusia. Banyak yang menumpahkan darah dan keringatnya karena Al-Quran ini. Demi Al-Quran dan tegaknya islam, banyak yang rela mati dan mengorbankan harta, kerluarga, serta jiwanya. Apakah Quran sesederhana yang kita biasa perlakukan kepadanya sehari-hari? Hanya sebagai pajangan di rumah saja atau sebagai mas kawin pernikahan? Tidak, kawan. Al-Quran, kitab suci yang diturunkan Allah kepada manusia tidak sesederhana itu.
            Lihatlah dan renungi isi Al-Quran. Suatu karya sastra tingkat tinggi yang tidak ada manusia seorangpun yang mampu membuat sama persis seperti itu. Al-Quran, oleh Allah swt senantiasa dijaga kemurniannya. Dengan menjadi pengajar Quran, insya allah membuktikan bahwa cahaya Allah memang tidak pernah dan tidak akan pernah padam. Ini bukti nyata yang sangat terasa bahwa akan terus ada penegak Al-quran di muka bumi ini. Betapa mulianya derajat orang-orang yang turut berjuang dalam program Allah ini. Yang terpenting adalah maukah kita turut serta dalam misi luar biasa Allah ini? Jawabannya haruslah sangat mau.
            Potensi manusia yang Allah berikan begitu besar mengingat perannya sebagai pengemban amanah dan fungsinya sebagai kholifah di muka bumi. Untuk itu, Allah anugerahi potensi kepada kita berupa pendengaran, pengelihatan, dan hati. Potensi itu diberikan khusus oleh Allah hanya kepada manusia dan bukan makhluk-Nya yang lain. Jika dahulu kala gunung, langit, bumi dan makhluk ciptaan-Nya yang lain menerima amanah untuk mengidzharkan islam di muka bumi, maka mungkin potensi itu akan disematkan pada makhluk yang lain itu. Tetapi manusia, ketika ditawarkan oleh Allah mengemban amanah besar itu, mereka menerimanya. Tetapi sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.
            Ditambah bonus potensi eksternal diri berupa petunjuk hidup yakni Al-Quranul Karim. Tidak mungkin Allah menciptakan suatu makhluk tidak diberi manual book atau tata cara menghidupkan semua ‘perangkat’ yang bisa digunakan makhluk itu dalam hal ini manusia. Manusia ibarat mesin yang perlu dinyalakan untuk mencapai sautu fungsi tertentu. Al-Quran ini semacam buku petunjuk penggunaan fungsi manusia yang adalah sebagai kholifah. Bagaimana cara menjalankan perangkat yang ada di diri manusia untuk menjalankan fungsinya, semuanya ada di dalam Al-Quran. Petunjuk menjalankannya, cara menghidupkannya, dan cara membetulinya jika sedang rusak, semuanya tertera di dalam Al-Quran. Manusia tinggal membaca, mempelajari, dan mengamalkannya saja. Dengan penuh ketekunan dan kesadaran penuh bahwa hidup ini nantinya akan dipertanggungjawabkan.
Metode Mengajar
          Tahukah kalian para sahabat tabi’i dan tabi’in bisa menghapal Al-Quran tanpa meilhat tulisan Al-Quran secara langsung. Al-Quran sendiri turun bukan dalam bentuk buku dan mushaf, ataupun Iqra dan Qiroati seperti metode yang diajarkan di zaman sekarang. Al-Quran turun berangsur angsur kepada Nabi Muhammad untuk dibacakan kepada ummatnya secara perlahan-lahan. Sesuai konteks dan asbabun nuzulnya, Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril sesuai kehendak Allah. Ketika Allah berkehendak, semuanya diberkahi dan dirahmati. Tidak ada penghalang bagi Allah untuk melakukan semua kehendaknya.
            Apa metode yang digunakan Rasulullah SAW dalam mengajarkan Al-Quran kepada para sahabat khususnya dan ummatnya pada umumnya? Ialah metode menirukan bacaan Al-Quran dengan fasih dan tartil. Tingkat kebenarannya 100% bersih karena yang diajarkan langsung oleh malaikat jibril dengan segera disampaikannya/diulang pengucapannya kepada para sahabatnya.
            Sahabat dan orang-orang terdekat nabi kemudian memperhatikan gerakan bibir Rasulullah saat sedang membacakan ayat quran. Sama sekali tidak ada yang salah dan melenceng. Maka para sahabat setelah itu merekam dalam otaknya dan mempraktekkan bacanya dalam misi dakwah islam kepada kaum yang masih ‘jahil’ lainnya. Begitulah inti metode pengajaran yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan apa yang harus tersampaikan dari Allah kepada manusia. Yaitu wahyu yang suci dan murni yang saat ini termaktub dalam mushaf Al-Quran yang bisa dipegang, dibeli dan dipelajari dengan mudah. Seharusnya tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak mempelajari Al-Quran dengan tartil dan fasih. Bayangkan jika bacaan kita ada sedikit saja yang salah, maka keturunan kita bisa salah lebih banyak. Jika di bibir kita melakukan kesalahan membaca al-quran sebesar 1%, maka bisa jadi keturunan kita yang ke-100 melakukan kesalahan membaca al-quran sampai 100%. Artinya salah semua dan kalau sudah begitu, dosa besar kita pikul hanya karena kesalahan kecil membaca al-quran. Maka, menjadi penting mempelajari Al-quran dengan benar dan sesuai dengan huruf-huruf yang ditentukan.
            Metode yang paling tepat untuk mengajarkan Al-Quran tentunya yang dilakukan Rosulullah SAW sebagai penerima wahyu pertama yang mengajarkan kepada para sahabatnya, yaitu dengan cara memperlihatkan cara baca melalui mulutnya yang mengucapkan ayat-ayat dengan fasih dan tartil. Bahkan ada sahabat nabi yang langsung hafal surat Qaf ketika rasulullah selesai khutbah. Dalam khutbahnya, rosullullah SAW melefadzkan surat Qaf dengan bersih sebanyak satu surat. Terbukti betapa jelas dan tartil bacaan Rasulullah yang diperhatikan oleh sahabat itu ketika berkhutbah. Jadilah sahabat tersebut bisa langsung memahami dan mengamalkan apa yang dibaca oleh rosulullah, Jika seorang anak kecil saja ada yang memperhatikan khutbah rasul itu, mungkin akan mengalami hal yang sama seperti sahabat itu: bisa langsung hafal surat Qaf setelah Rasulullah membacakannya secara benar-benar benar.
            Begitu pula saya yang jika diterima di beasiswa pengajar quran dari salman akan mencoba menerapkan metode tersebut saat mengajarkan quran. Sebisa mungkin saya mencontohkan bacaan al-quran yang tartil dan fasih. Dengan bekal belajar yang sudah saya dapatkan selama bersekolah di madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah, serta mengikuti berbagai pesantren kilat yang dilaksanakan di beberapa pesantren di jawa barat di antaranya Bina Qolbu di bogor dan pesantren Al-Mukhtar di Tasikmalaya, saya merasa ada kewajiban yang melekat kepada saya untuk meneruskan ilmu ini kepada yang lainnya.
Hal ini dilakukan semata-mata untuk memaksimalkan perangkat yang telah allah anugerahi kepada manusia, khususnya kepada diri saya, dalam menolong agama allah islam yang haq ini. Lebih dari itu, saya menganggap ini adalah ladang amal saya dalam rangka beribadah kepada Allah. Ibadah derajatnya lebih tinggi daripada berbakti, karena berbakti berarti pula ibadah. Saya ingin mengabdi kepada Allah dengan sepenuhnya. Dengan adanya beasiswa ini saya berharap selain bisa belajar dan mengamalkan ilmu yang sudah saya dapat selama bersekolah di madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan beberapa pesantren yang pernah saya kunjungi, saya juga bisa mendapat pahala yang besar dari Allah. Saya sangat berharap besar bisa turut andil dalam menjalankan program Allah ini. Program besar mengajarkan ayat suci Al-Quran yang isinya berupa wahyu yang tidak bisa disepelekan. Berisi segala hal yang menyangkut kehidupan manusia, alam semesta, beserta seluruh isinya.