Betapa pentingnya mempelajari Alquran bagi setiap
jiwa-jiwa manusia yang terkena kewajiban berislam secara kaffah. Alquran
bukanlah piala yang dibaca hanya saat seremonial perayaan hari-hari tertentu
saja. Al-quran bukan saksi bisu para petinggi yang dilantik dan ucapkan janji.
Al-quran diturunkan untuk memberi petunjuk dan penerang kepada ummat manusia.
Banyak yang menumpahkan darah dan keringatnya karena Al-Quran ini. Demi
Al-Quran dan tegaknya islam, banyak yang rela mati dan mengorbankan harta,
kerluarga, serta jiwanya. Apakah Quran sesederhana yang kita biasa perlakukan
kepadanya sehari-hari? Hanya sebagai pajangan di rumah saja atau sebagai mas
kawin pernikahan? Tidak, kawan. Al-Quran, kitab suci yang diturunkan Allah
kepada manusia tidak sesederhana itu.
Lihatlah dan renungi isi Al-Quran. Suatu karya sastra
tingkat tinggi yang tidak ada manusia seorangpun yang mampu membuat sama persis
seperti itu. Al-Quran, oleh Allah swt senantiasa dijaga kemurniannya. Dengan
menjadi pengajar Quran, insya allah membuktikan bahwa cahaya Allah memang tidak
pernah dan tidak akan pernah padam. Ini bukti nyata yang sangat terasa bahwa
akan terus ada penegak Al-quran di muka bumi ini. Betapa mulianya derajat
orang-orang yang turut berjuang dalam program Allah ini. Yang terpenting adalah
maukah kita turut serta dalam misi luar biasa Allah ini? Jawabannya haruslah
sangat mau.
Potensi manusia yang Allah berikan begitu besar mengingat
perannya sebagai pengemban amanah dan fungsinya sebagai kholifah di muka bumi.
Untuk itu, Allah anugerahi potensi kepada kita berupa pendengaran,
pengelihatan, dan hati. Potensi itu diberikan khusus oleh Allah hanya kepada
manusia dan bukan makhluk-Nya yang lain. Jika dahulu kala gunung, langit, bumi
dan makhluk ciptaan-Nya yang lain menerima amanah untuk mengidzharkan islam di
muka bumi, maka mungkin potensi itu akan disematkan pada makhluk yang lain itu.
Tetapi manusia, ketika ditawarkan oleh Allah mengemban amanah besar itu, mereka
menerimanya. Tetapi sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.
Ditambah bonus potensi eksternal diri berupa petunjuk
hidup yakni Al-Quranul Karim. Tidak mungkin Allah menciptakan suatu makhluk
tidak diberi manual book atau tata
cara menghidupkan semua ‘perangkat’ yang bisa digunakan makhluk itu dalam hal
ini manusia. Manusia ibarat mesin yang perlu dinyalakan untuk mencapai sautu
fungsi tertentu. Al-Quran ini semacam buku petunjuk penggunaan fungsi manusia
yang adalah sebagai kholifah. Bagaimana cara menjalankan perangkat yang ada di
diri manusia untuk menjalankan fungsinya, semuanya ada di dalam Al-Quran.
Petunjuk menjalankannya, cara menghidupkannya, dan cara membetulinya jika
sedang rusak, semuanya tertera di dalam Al-Quran. Manusia tinggal membaca,
mempelajari, dan mengamalkannya saja. Dengan penuh ketekunan dan kesadaran
penuh bahwa hidup ini nantinya akan dipertanggungjawabkan.
Metode
Mengajar
Tahukah kalian para
sahabat tabi’i dan tabi’in bisa menghapal Al-Quran tanpa meilhat tulisan
Al-Quran secara langsung. Al-Quran sendiri turun bukan dalam bentuk buku dan
mushaf, ataupun Iqra dan Qiroati seperti metode yang diajarkan di zaman
sekarang. Al-Quran turun berangsur angsur kepada Nabi Muhammad untuk dibacakan
kepada ummatnya secara perlahan-lahan. Sesuai konteks dan asbabun nuzulnya,
Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat jibril sesuai kehendak Allah.
Ketika Allah berkehendak, semuanya diberkahi dan dirahmati. Tidak ada
penghalang bagi Allah untuk melakukan semua kehendaknya.
Apa metode yang digunakan Rasulullah SAW dalam
mengajarkan Al-Quran kepada para sahabat khususnya dan ummatnya pada umumnya?
Ialah metode menirukan bacaan Al-Quran dengan fasih dan tartil. Tingkat
kebenarannya 100% bersih karena yang diajarkan langsung oleh malaikat jibril
dengan segera disampaikannya/diulang pengucapannya kepada para sahabatnya.
Sahabat dan orang-orang terdekat nabi kemudian
memperhatikan gerakan bibir Rasulullah saat sedang membacakan ayat quran. Sama
sekali tidak ada yang salah dan melenceng. Maka para sahabat setelah itu merekam
dalam otaknya dan mempraktekkan bacanya dalam misi dakwah islam kepada kaum
yang masih ‘jahil’ lainnya. Begitulah inti metode pengajaran yang dilakukan
Rasulullah SAW saat menyampaikan apa yang harus tersampaikan dari Allah kepada
manusia. Yaitu wahyu yang suci dan murni yang saat ini termaktub dalam mushaf
Al-Quran yang bisa dipegang, dibeli dan dipelajari dengan mudah. Seharusnya
tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak mempelajari Al-Quran dengan tartil
dan fasih. Bayangkan jika bacaan kita ada sedikit saja yang salah, maka
keturunan kita bisa salah lebih banyak. Jika di bibir kita melakukan kesalahan
membaca al-quran sebesar 1%, maka bisa jadi keturunan kita yang ke-100
melakukan kesalahan membaca al-quran sampai 100%. Artinya salah semua dan kalau
sudah begitu, dosa besar kita pikul hanya karena kesalahan kecil membaca
al-quran. Maka, menjadi penting mempelajari Al-quran dengan benar dan sesuai
dengan huruf-huruf yang ditentukan.
Metode yang paling tepat untuk mengajarkan Al-Quran
tentunya yang dilakukan Rosulullah SAW sebagai penerima wahyu pertama yang mengajarkan
kepada para sahabatnya, yaitu dengan cara memperlihatkan cara baca melalui
mulutnya yang mengucapkan ayat-ayat dengan fasih dan tartil. Bahkan ada sahabat
nabi yang langsung hafal surat Qaf ketika rasulullah selesai khutbah. Dalam khutbahnya,
rosullullah SAW melefadzkan surat Qaf dengan bersih sebanyak satu surat. Terbukti
betapa jelas dan tartil bacaan Rasulullah yang diperhatikan oleh sahabat itu
ketika berkhutbah. Jadilah sahabat tersebut bisa langsung memahami dan
mengamalkan apa yang dibaca oleh rosulullah, Jika seorang anak kecil saja ada
yang memperhatikan khutbah rasul itu, mungkin akan mengalami hal yang sama
seperti sahabat itu: bisa langsung hafal surat Qaf setelah Rasulullah
membacakannya secara benar-benar benar.
Begitu pula saya yang jika diterima di beasiswa pengajar
quran dari salman akan mencoba menerapkan metode tersebut saat mengajarkan
quran. Sebisa mungkin saya mencontohkan bacaan al-quran yang tartil dan fasih.
Dengan bekal belajar yang sudah saya dapatkan selama bersekolah di madrasah
ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah, serta mengikuti berbagai pesantren kilat
yang dilaksanakan di beberapa pesantren di jawa barat di antaranya Bina Qolbu
di bogor dan pesantren Al-Mukhtar di Tasikmalaya, saya merasa ada kewajiban
yang melekat kepada saya untuk meneruskan ilmu ini kepada yang lainnya.
Hal ini
dilakukan semata-mata untuk memaksimalkan perangkat yang telah allah anugerahi
kepada manusia, khususnya kepada diri saya, dalam menolong agama allah islam
yang haq ini. Lebih dari itu, saya menganggap ini adalah ladang amal saya dalam
rangka beribadah kepada Allah. Ibadah derajatnya lebih tinggi daripada
berbakti, karena berbakti berarti pula ibadah. Saya ingin mengabdi kepada Allah
dengan sepenuhnya. Dengan adanya beasiswa ini saya berharap selain bisa belajar
dan mengamalkan ilmu yang sudah saya dapat selama bersekolah di madrasah
ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan beberapa pesantren yang pernah saya
kunjungi, saya juga bisa mendapat pahala yang besar dari Allah. Saya sangat
berharap besar bisa turut andil dalam menjalankan program Allah ini. Program
besar mengajarkan ayat suci Al-Quran yang isinya berupa wahyu yang tidak bisa
disepelekan. Berisi segala hal yang menyangkut kehidupan manusia, alam semesta,
beserta seluruh isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar