Senin, 10 Februari 2014

Resensi Buku "Sekolahnya Manusia" karya Munif Chatib



Resensi Buku

Multiple Intelligent ; Menjadi Guru Kreatif melalui “Sekolahnya Manusia” 

Judul buku       : Sekolahnya Manusia
Pengarang       : Munif Chatib
Pengantar       : Hernowo
Penerbit          : KAIFA PT. Mizan Pustaka
Tahun terbit    : 2011
Tebal               : 187 halaman
Cover               : Soft Cover
Kategori          : Edukasi pendidikan

Buku berjudul “Sekolahnya Manusia” karya seorang pakar pendidikan bernama Munif Chatib ini berisi tips-tips menjadi guru kreatif dan berkualitas.  Sangat direkomendasikan untuk para guru yang ingin memberikan kesan luar biasa kepada muridnya selepas keluar dari ruangan kelas. Buku ini juga sangat cocok bagi siapapun yang memiliki ketertarikan terhadap dunia pendidikan, khususnya dunia pendidikan anak. Membaca buku ini akan membuka wawasan yang selama ini tertutup mengenai dunia pendidikan di Indonesia. Dengan slogan “menjadikan guru kreatif”, Munif Chatib sukses menularkan semangat mengajar melalui teorinya yang fenomenal bernama Multiple Intelligent. Teori ini sangat berguna bagi keberlangsungan pengajaran di sekolah-sekolah khususnya dalam hal interaksi antara guru dan muridnya serta dapat mendukung suksesnya proses pembelajaran di sekolah. Melalui multiple intelligent, seseorang dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya dengan baik.
Diawali dengan kisah sejarah sebuah sekolah yang nyaris di ambang “kematian”. Sekolah itu memiliki jumlah siswa dan guru yang bedanya sangat signifikan, yakni 16 orang guru dan hanya 2 orang siswa! Minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah ini sangatlah minim. Tapi seorang Munif Chatib yang peduli mengubah semua itu. Bukan dari segi bentuk bangunannya saja tetapi isinya juga dirombak. Dengan tidak mengimitasi sistem pendidikan seperti pada umumnya, sekolah ini malah membuat sistem sendiri yakni menggunakan multiple intelligent research, tanpa terlepas dari kurikulum pemerintah juga. Untuk  menyeleksi siswanya, sekolah ini tidak mengadakan tes melainkan daya tampung saja. Inti dari sistem pembelajaran ini adalah kemampuan setiap anak tidak terabaikan sedikitpun; semua anak bisa mengekspresikan segenap kemampuannya dengan riang gembira, tidak ada tekanan sedikitpun. Di sinilah sekolah tempat anak bisa mengasah segenap kemampuan yang sesungguhnya. Sekolah yang sungguh menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. Aktifitas belajarnya mampu mengubah kesulitan pemahaman seorang siswa dalam berbagai hal, menjadi mudah, dan akhirnya siswa tersebut bisa memahami dengan baik materi yang diajarkan. Hingga akhirnya sekolah ini bisa maju dan berkembang pesat. Kemudian seluruh isi buku ini diselipkan kisah-kisah yang pernah terjadi di sekolah tersebut. Itulah yang membuat buku ini lebih menarik dan santai saat dibaca.
Buku ini juga sedikit menyelipkan ilmu-ilmu psikologi khususnya psikologi anak. Pembaca dapat mempelajari pola tingkah laku seorang anak secara psikologisnya. Dikisahkan dalam buku ini, ada seorang anak yang sangat hiperaktif. Ia dicap buruk oleh lingkungannya. Ia kerap kali menjahili teman-temannya dan tidak bisa diam di bangku meski sebentar sehingga ia dijauhi teman-temannya. Orang tuanya sering dipanggil perihal kekacauan yang dibuat sang anak di sekolah, dan berbagai hal negatif lainnya. Anak itu dikeluarkan dari sekolah lamanya dan masuk ke sekolah berbasis multiple intelligent ini. Setelah diperisa dengan multiple intelligent research, ternyata anak tersebut memiliki kecerdasan kinestetik yang tinggi. Jika dioptimalkan dengan multiple intelligent di sekolah cetusan Munif Chatib ini, anak itu bisa berkembang dan menjadi lebih baik. Dan masih banyak lagi kisah unik lainnya seputar dunia anak dan pendidikan yang bisa ditemukan di dalam buku ini.
Semua materi dalam buku ini disampaikan dengan sangat jelas, diawali kisah-kisah nyata tentang kondisi yang terjadi sehingga membuat pembaca lebih mudah memahami materinya. Contohnya materi tentang Persoalan Pendidikan di Indonesia (Bagian II). Dibuka dengan kisah seorang anak yang dengan tangan gemetar memberikan secarik kertas kepada ibunya. Kertas putih itu adalah hasil ulangan harian matematikanya yang telah ditunggu ibunya sejak lama.
“Ma, Andik dapet nilai 4, gak pa pa kan Ma, abis soalnya sulit.” Dengan terbata-bata sang anak melaporkan hasil ulangan matematikanya. Dapat dipastikan, yang terjadi berikutnya adalah tarikan napas dalam sang ibu yang kemudian ditumpahkan menjadi marah besar kepada si kecil.
“Mana bisa nanti kau jadi orang, mana mungkin kau nanti jadi dokter, mana mungkin kau menyenangkan hati ibumu.. kalau ulangan matematika aja cuma dapet 4. Nilai apaan itu? emangnya kamu tidur saat gurumu mengajar?”
Andik hanya merespon dengan tatapan kosong. Berdiri di pojok. Tanpa mampu diperhatikan oleh mata, saat itu Andik mengalami pemasangan kaki-kaki negatif dalam dirinya. Kaki-kaki negatif yang invisible itu adalah “aku bodoh”, “aku gagal”, “aku lemah”, dan sederet keyakinan negatif lainnya. Kemudian Andik berpikir bagaimana dengan mata pelajaran yang lain? Ini baru matematika, bagaimana dengan bahasa inggris, sains, dan pelajaran lain yang menurutnya lebih sulit daripada matematika. Pikiran ini membuat tubuhnya gemetar. Namun, siapa yang tahu jika dua puluh tahun kemudian Andik menjadi seorang dokter yang berhasil? Apabila mengingat masa lalunya yang sering mendapat nilai 4 dalam ulangan matematika ketika SD, dengan tersenyum sang dokter berkata. “Ternyata betul, tidak ada hubungannya nilai 4 ulangan matematikaku dulu dengan profesi keberhasilanku sekarang.”
Selain kisah-kisah, buku ini juga berisi saran-saran terbaik penilaian otentik yang harus dilakukan oleh seorang guru guna memberikan penilaian yang akurat. Ada format lesson plan, multiple intelligent research, tangga taksonomi bloom, dan portofolio psikomotorik. Setiap guru yang telah membaca buku ini pasti langsung mendapat banyak inspirasi dan energi penuh untuk mengajar.
Teori-teori dalam buku ini tidak disimpulkan begitu saja melainkan diambil dari kesimpulan hasil penelitian beberapa tokoh profesional bidang pendidikan di antaranya Bobbi dePorter, Thomas Armstrong, Ph.D, dan Howard Gardner (penemu multiple intelligent). Buku ini ampuh menjadi sebagai “senjata” untuk mengatasi pelbagai persoalan pendidikan, khususnya terkait dengan masalah bagaimana mencuatkan potensi anak didik. Dengan multiple intelligent, ditegaskan bahwa setiap anak didik—di manapun berada, entah itu di desa atau di kota, anak orang kaya atau orang miskin—memiliki potensi kecerdasan yang beraneka ragam. Bisa jadi, seorang anak memiliki salah satu potensi kecerdasan yang sangat menonjol dan itu tidak termasuk dalam kategori kecerdasan yang dianggap penting oleh sekolah. Multiple Intelligent adalah strategi  pembelajaran yang berisi aktifitas-aktifitas pembelajaran dengan model dan kreatifitas yang beragam.
Meskipun buku ini adalah terbitan tahun 2011—jika melihat perkembangan dunia pendidikan saat ini yang begitu dinamis—agaknya buku ini sudah sedikit ketinggalan jaman. Pasalnya, buku ini hanya mengkritisi kurikulum pendidikan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang masa berlakunya sudah lewat hanya sampai tahun 2012 saja. Sementara sekarang, yang berlaku adalah Kurikulum 2013 yang telah jauh disempurnakan oleh pemerintah. jadi kiranya masalah yang dibeberkan dalam buku ini tidak bisa berlaku dewasa ini. Selain itu, buku ini juga tidak secara rinci membeberkan bagaimana cara penilaian multiple intelligent research itu sendiri. Padahal, hal inilah kiranya yang paling membuat penasaran para pembaca. Bagaimana multiple intelligent itu bisa disimpulkan kepada seseorang, secara rinci kecerdasan multiple intelligent itu, dan berbagai hal mendetail dari kecerdasan majemuk itu sendiri tidak dijelaskan dalam buku ini. Yang ada hanyalah cara pengembangannya saja.
Dibandingkan buku sejenis lainnya yang juga ditulis oleh Munif Chatib berjudul “Gurunya Manusia”, buku “Sekolahnya Manusia” lebih banyak menyampaikan cerita kehidupan yang pernah terjadi sebagai pengalaman guru pengajar ataupun orangtua siswa. Sementara di buku “Gurunya Manusia” lebih banyak berisi teori. Meskipun hal yang menjadi fokus dari kedua buku ini berkategori sama yakni berisi tentang edukasi pendidikan anak.
Bagi siapa saja yang memiliki ketertarikan terhadap dunia pendidikan dan psikologi anak, silakan membaca buku ini untuk menambah wawasan sekaligus mempelajari pola kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap orang sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa.

5 komentar: