Ketika
saya sedang berkumpul bersama teman-teman saya yang mendalami ilmu ekonomi,
saya dibilang begini: “Ah, sayang sekali
Anda mempelajari bahasa Indonesia di perkuliahan Anda, sekarang ini yang lebih
terpakai adalah bahasa Inggris.” Saya tersenyum saja mendengar teman saya
berbicara begitu. Teman saya ini sehari-harinya memang berkutat dengan isu
global yang membahas perekonomian dunia. Ia tahu ramalan ekonomi terkini tentang
Indonesia bahwa negeri ini akan bergerak dari kekuatan ekonomi dunia terbesar
ke-16 menjadi ketujuh di tahun 2030. Ia tahu segala hal mengenai saham, nilai
tukar rupiah terhadap dolar, harga-harga bahan pokok yang fluktuatif, dan sebagainya. Saya yakin banyak orang yang berfikiran sama layaknya
teman saya itu. Terutama di zaman globalisasi seperti sekarang ini. Tapi saya
mencoba menanggapi opini itu dengan pendekatan lain. Apakah yang membuat mereka
bisa berpendapat dan menyimpulkan hal-hal itu? Apa alat yang mereka gunakan untuk
menjelaskan kepada dunianya tentang isu-isu ekonomi tersebut? Bagaimana cara
mereka bisa mengatakan dan mengungkapkan gagasan-gagasannya?
Jawabannya adalah tentu saja dengan
penggunaan bahasa. Segala macam ilmu pengetahuan baik itu ekonomi, teknologi,
politik, sosial, budaya dan sebagainya pasti membutuhkan bahasa sebagai alat
untuk mengungkapkan segalanya. Hubungan bahasa dan ilmu pengetahuan bersifat
kumulatif, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Tanpa kegiatan berbahasa—baik itu
tertulis maupun lisan—bisa ditebak bahwa segala ilmu pengetahuan pasti menemui
ajalnya dan Indonesia akan berlayar bagai kapal tanpa kompas.
Di
era globalisasi seperti kurun waktu sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi menyeruak semakin pesat. Hal ini akan menimbulkan kepincangan bagi
suatu bangsa jika tidak diimbangi dengan kecakapan penggunaan bahasa oleh
masyarakatnya. Bidang bahasa telah
menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bisa dipergunakan untuk
menulis berbagai macam ilmu pengetahuan. Biarpun bagaimana, segala buku teks
yang berbahasa Inggris tentunya harus ‘diartikan’ dulu ke dalam bahasa
Indonesia yang cocok agar bisa dimengerti oleh kita: orang Indonesia.
Suatu
bangsa akan tergusur arus globalisasi yang bukan main dahsyatnya jika tidak
memiliki bekal berbahasa yang baik. Dalam hal ini, Indonesia punya suplemen
andalannya agar masyarakatnya tidak jauh tertinggal karavan globalisasi ini.
Adalah bahasa Indonesia; yang menjadi anugerah Tuhan terbesar bagi kita bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia dapat melenyapkan persoalan bahasa yang sangat pelik dan
menimbulkan emosi kedaerahan. Kita tahu bahasa Inggris sedemikian luasnya
dipakai di dunia. Tetapi bahasa Indonesia adalah bekal awal orang Indonesia
jika mau menguasai dunia. Tidak ada orang sukses Indonesia yang tak cakap
menggunakan bahasa Indonesianya. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia
yang baik dan benar dirasa perlu bahkan lebih utama dibanding bahasa lainnya
demi memperluas wawasan orang Indonesia dalam mengikuti pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi menghadapi era globalisasi.
Tetapi
yang terjadi sekarang justru orang semakin menjauh dari bahasa yang bisa
merekatkan perbedaan di negeri zamrud khatulistiwa ini. Hal tersebut otomatis
menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
di dunia yang paling kurang efektif menjelaskan dirinya sendiri pada dunia
luar. Mari kita lihat kenyataan, hampir 90 persen karya tulis ilmiah tentang
Indonesia justru disusun oleh mereka yang tinggal di luar Indonesia, yang
sebagian besar tentunya adalah orang asing. Padahal keistimewaan Indonesia tidak
seperti di Negara-negara lain yang tidak memiliki bahasa yang diakui secara
nasional sehingga sering timbul perpecahan kedaerahan. Contohnya di Belgia, penduduk
yang berbahasa Flaams mengalami diskriminasi dari pembicara-pembicara bahasa
Perancis. Lebih menyedihkan lagi ialah persoalan bahasa di negara-negara afrika
di sebelah selatan Sahara yang memiliki tidak kurang dari delapan ratus bahasa.
Bayangkan jika Indonesia tidak memiliki bahasa nasional bahasa Indonesia?
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, dan budaya ini
akan menjadi kacau balau. Beruntung Indonesia punya satu bahasa yang
kedudukannya di atas bahasa-bahasa daerah lainnya yaitu bahasa Indonesia.
Inilah yang sesungguhnya dibutuhkan masyarakat Indonesia guna mempertahankan
eksistensi Indonesia di mata dunia.
Kemajuan suatu bangsa memang bisa
dilihat dan dihitung dari segi ekonomi maupun sektor lainnya, tetapi apakah
jika tidak diiringi dengan kualitas penggunaan bahasa oleh masyarakatnya akan
juga menjadi bangsa yang dinilai baik oleh dunia? Kalau dalam berbicara
seseorang melakukan kesalahan dengan mempertukarkan kata-kata bahasa kasar
dengan kata-kata bahasa halus, atau sebaliknya, ia akan dianggap kampungan,
bukan sekolahan, tak beradab, dan tidak bisa disebut sebagai orang yang
berbangsa.
Selain
bahasa, semua orang pun tahu bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam,
manusia, dan budayanya. Segala hal itulah yang sering masyarakat Indonesia
gaung-gaungkan kebanggannya di mata dunia. Tetapi saya juga ingin mengatakan, hanya
ada satu hal yang bisa dibanggakan oleh bangsa Indonesia ketika sudah tidak ada
lagi kekayaan apapun yang ada dalam genggaman tangannya. Satu hal ini
kepemilikanya mutlak kepada masyarakat Indonesia secara utuh dan dikuasai juga
oleh hampir setiap individunya. Ialah bahasa Indonesia yang jika ia dijunjung
tinggi, maka ia tidak akan lekang dimakan zaman dan tidak bisa dicaplok ataupun
direbut oleh bangsa manapun di seluruh jagat raya.
Wew keren..
BalasHapusTerimakasih, Mas Aceng
Hapus