Kamis, 10 Maret 2016

“From West Java to The World” Ulasan Mengenai Perkuliahan Umum Asian Community Lectures dalam Rangka One Asia

Pertemuan pertama : Jumat, 19 Februari 2016

Menarik sekali perkuliahan umum yang diadakan pada Jumat, 19 februari 2016 di Bale Sawala rektorat Unpad Jatinangor dalam rangka Asian Community Lectures (ACL). Kuliah umum ini diikuti oleh lebih dari 200 orang mahasiswa Unpad yang antusias dan haus akan wawasan pengetahuan global. Ada tiga orang pembicara dalam kuliah umum perdana tadi yaitu Pak Dede selaku ketua pelaksana, Bu Dianni dari Upi, dan Pak Rektor Unpad sendiri. Dalam sambutannya, pertama-tama Prof. Dede menyampaikan latar belakang diadakannya acara ini yaitu sebagai tindak lanjut dari One Asia Conference yang diadakan di Shanghai pada 2015 lalu. One asia Conference membahas kesatuan dan kerjasama antar masyarakat Asia secara keseluruhan berkaitan dengan research academic dan leadership grand, hingga disimpulkanlah bahwa akan diadakan perkuliahan umum yang membahas konteks global khususnya Asia. Perkuliahan ini diadakan dengan tujuan membangun kerjasama dan kesepahaman antar negara Asia dengan mengusung demokrasi, globalisasi, dan kesejahteraan.

Kemudian, sambutan kedua dilanjutkan oleh Bu Dianni yang memaparkan tentang apa itu One Asia Foundation. One Asia Foundation adalah organisasi nirlaba di Jepang yang bertujuan membangun kontribusi dan pemikiran bagi komunitas Asia. Fokusnya adalah pada pendidikan, budaya, dan kesejahteraan. Prinsip One Asia Foundation ada tiga :
1. Tidak terikat negara dan suku bangsa manapun
2. Tidak terikat agama dan ras apapun
3. Tidak masuk ke ranah politik

Setelah itu, Ibu Dianni juga menyampaikan tujuan diadakannya acara perkuliahan umum ini. Tujuan umumnya adalah untuk membangun kerjasama dan kesepahaman antar negara Asia. Tujuan khususnya ada tiga yaitu pertama mahasiswa antusias menerima informasi kemudian bersedia berkontak dengan seluruh Asia. Kedua membangun kesadaran, sikap, dan kompetensi mahasiswa atas peluang besar yang sedang dihadapi di era global ini. Ketiga menjadi jembatan penghubung lintas budaya dengan kajian kritis dan dialogis. Intinya adalah penguatan, saling pengertian, perluasan jaringan, dan interaksi antar masyarakat se-Asia demi masa depan dunia yang penuh perdamaian.

Nah, yang ketiga adalah pemaparan kuliah inti yang paling panjang dari Rektor Unpad Bapak Dr. dr. Med. Tri Hanggono Achmad yang mengambil tema “Transformation Education in Asian Setting”. Beliau menyampaikan materinya tanpa dibantu penayangan salindia di layar depan, padahal sudah disediakan. Ia ingin menumpahkannya langsung kepada peserta perkuliahan pada saat itu materi yang sudah tersusun rapi di kepalanya. Materi yang sudah disiapkan berbahasa Inggris sedangkang penyampaian lisannya menggunakan bahasa Indonesia, sambil sesekali diselingi bahasa daerah dan bahasa Inggris.

Pak Rektor mengawali materinya dengan membuka wawasan dan penerangan baru berkaitan dengan globalisasi. Pemikiran tentang konsep globalisasi telah menguat sekarang. Karena itu, konsep tentang konteks regionalisasi juga menguat. Tetapi kita juga perlu melihat ke kenyataan bahwa dunia ini satu kesatuan. Seharusnya kita buat komunitas One World, bukan hanya Asia saja. Sekarang ini, mobilisasi dunia semakin luar biasa. Di samping itu, fitrah manusia juga memiliki sifat defensive yaitu memertahankan eksistensinya. Hal itu bisa menimbulkan kekhawatiran kompetisi di bidang resource dan culture.

Mencuatnya isu globalisasi memunculkan dua pandangan yang seolah-olah saling bertolak belakang yaitu pandangan regional versus pandangan global. Maka dari itu, One Asia atau Asian Community muncul dengan menggunakan pendekatan universal yang akan memudarkan itu semua. Aspek akademik itu universal. Seharusnya, setiap perusahaan di negara manapun melihat hasil akademik untuk menerima pegawainya. Jika tidak melihat aspek akademik seperti nilai IPK, itu menyakitkan bagi seorang rektor. “Sakitnya tuh di sini” Kelakar beliau.

Ada sepuluh common goals atau tujuan utama Jawa Barat tahun 2013-2018 yaitu pertama akses dan kualitas pendidikan. Kedua, akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Ketiga, infrastruktur, energy, dan air. Keempat, agrikultur ekonomis. Kelima, non-agriculture ekonomis. Kelima, sumber daya alam, lingkungan, dan bencana alam. Ketujuh, seni, budaya, pariwisata, kepemudaan, dan olah raga. Ke delapan, keharmonisan keluarga dan populasi. Ke Sembilan, kemiskinan dan keamanan. Ke sepuluh pemerintahan, modernisasi, dan pengembangan area terpinggir,

Pemerintah sekarang ini sedang menggalakan pengembangan pendidikan di daerah perifer. “Siapa yang nanti setelah lulus nanti mau ke pangandaran, ke ujung genteng, ke ranca buaya, ke Kalimantan, ke papua, dan sebagainya?” tanya beliau kepada para mahasiswa. Tidak ada yang mengacungkan tangan. Sama sekali. Termasuk saya. Kenapa? Mungkin karena saat itu saya berpikir bahwa kampung halaman saya bukan di desa-desa itu, jadi saya hanya ingin mengabdi ke kampung halaman saya yakni Kota Bandung. Tetapi, Pak Tri menyalahkan pemikiran seperti itu yang tidak sejalan dengan misi pemerintah yang akan mengadakan pembangunan di daerah terpencil, terpinggir dan terbelakang. “Masa depan Indonesia itu ada di desa, bukan di Kota.” Begitu penjelasannya. Jima kalian berpikiran jauh ke depan, kalian akan memikirkan itu. Kalian akan mau dan bersemangat pergi ke Desa. “Jakarta mah sudah heurin” kelakarnya.

Yang paling berkembang pesat dalam globalisasi ini adalah sector bisnis. Saat ini sudah masuk ke era Masyarakat Ekonomi Asean maka dari itu semakin kuat pula pertumbuhan sector ekonomi. Akan tetapi, fokus utama bisnis tentu saja pada keuntungan. Nah, One Asia muncul sebagai solusi yang bukan hanya mewadahi bidang ekonomi, melainkan juga kesejahteraan dan sebagainya.
Di tengah kuliahnya, beliau juga sedikit menyindir mengenai tuaian masyarakat tentang kontroversi penggratisan kuliah kedokteran di Unpad. Kali itu saya mendengar penjelasannya langsung dari Rektor Unpad bahwa kuliah kedokteran di unpad tidak gratis sama sekali melainkan ada bantuan dari Dinas Pendidikan yang nantinya anak kedokteran harus mau ditempatkan di daerah-daerah sesuai dengan sasaran pembangunan pemerintah.

Yang paling dikhawatirkan dengan menghilangnya batas-batas negara ini adalah intervensi, atau pertarungan memperebutkan sumber daya alam. Maka dari itu, semangat OneAsia bisa tercapai dengan dukungan partisipannya yang tidak berpikir konteks negara melainkan masyarakat secara umum, juga mencermati dan menganbil sikap strengthening perifer capacity dan membangun daerah pinggiran sebagai kekuatan negara. Selain itu, juga tidak memunculkan dominasi satu budaya dengan budaya lainnya.

Kontribusi Unpad dalam partisipasinya mendukung OneAsia atau Komunitas Asia ini adalah dengan mengusung tema “From West Java to The World”. Artinya, orang Jawa Barat khsusnya Sunda dan terutama mahasiswa Unpad harus bisa membawa budaya-budaya Jawa Barat yang luhur ke kancah dunia. Intinya, jika ingin mendorong kekuaran Asia, pertahankan Identitas Anda.

2 komentar:

  1. minta saran dong klo mau memulai nulis artikel tetang komunitas masyarakat asia gimana langkah awalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langkah awalnya, munculkan satu ide yang khusus membahas satu subjek yang ingin dikupas. Kemudian, buatlah judul. Misalnya dalam bidang ekonomi bisa diberi judul "Perkembangan Bisnis Pertambangan bagi Negara Berkembang di Asia", atau dalam bidang budaya misalnya diberi judul "Kebertahanan Kearifan Lokal di Negara-Negara Asia", atau dalam bidang bahasa misalnya "Kecakapan Multibahasa dalam Menunjang Komunitas Asia" (ini judul yang saya pakai saat ditugaskan membuat esai tentang komunitas Asia dan alhamdulillah masuk 20 terbaik)

      Semoga membantu. :)

      Hapus