Selasa, 14 September 2021

Opini-Opini yang Tidak Populer

 Opini-Opini yang tidak Populer: pola pikir nyeleneh yang agak berbeda dari pakem kehidupan "biasanya"


Oleh: Maryam Fathimiy

1. Lebih menyesal menabung dari pada membeli barang. Karena, penyesalan ketika tabungan dipakai untuk hal-hal di luar rencana itu lebih sulit disembuhkan dari pada melihat tumpukan barang yang solusinya mudah. Jadi, lebih baik tidak menabung dari pada tidak membeli barang.

2. Turutilah rasa malasmu karena kebutuhan akan rasa malas juga harus terpenuhi lebih dulu sehingga kamu akan mau kembali melanjutkan pekerjaanmu.

3. Habiskanlah uangmu ketika kamu memilikinya.

4. Jangan bekerja keras! Dengan bekerja keras kita tidak akan bisa menjadi kaya raya, akan tetapi akses menuju orang-orang kayalah, seperti relasi dan pertemanan, yang akan membuat kita naik kelas.

5. Biasakan hidup sulit untuk melatih diri kita berserah dan berprasangka baik pada Tuhan.

6. Menabung itu meragukan Tuhan.

7. Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya? Tiada alasan! Saya tidak perlu bisa hal itu karena saya punya kelebihan tersendiri.

8. Bersikaplah sombong terhadap orang yang merendahkan diri kita dan buatlah ia tercengang karena kesalahan sudut pandangnya.

9. Rasa ikhlas itu tidak bisa dipaksakan. Maka, memberilah ketika kebutuhanmu sudah terpenuhi sehingga tidak muncul rasa iri, dengki, menyesal, dendam, ataupun trauma memberi. Jika bisa ikhlas, itu lebih baik. Dan nasihat ini khusus untuk kita yang belum bisa ikhlas.

10. Ikhlas terjadi ketika kamu tidak membenturkan pemberian dengan kebutuhan pribadi. Saya tidak akan pernah bilang "jangan mencampuradukkan pemberianmu dengan kebutuhanmu--yang menurutmu belum terpenuhi" karena manusia jika dilarang akan cenderung melakukan. Hal itu dilakukan secara tidak sadar. Memanglah rasa ikhlas itu tidak pernah berwujud, baik dalam kata-kata maupun secuil di hati. Ia hanya akan muncul sebagai rasa tentram, lepas nan melegakan, tanpa ada satu belenggu apapun di hati. Bahkan tak jarang pula, merasai ikhlas itu membuat candu.

11. Jika rasa malasmu dilawan dan tidak dituruti, artinya kamu tidak sedang malas.

12. Jangan berkata jangan! Jangan berkata jangan untuk hal-hal yang tidak berbahaya. Sebaliknya, katakanlah jangan untuk hal-hal yang akan membahayakan diri, jiwa, keselamatan, dan jalan hidup kita. Jika kita sudah dewasa, ikutilah nasihat "jangan" ini sebelum menyesal.

13. Selain ikhlas, memaafkan juga tidak bisa dipaksakan.

14. Lakukan apapun yang ingin kaulakukan kepada anakmu. Silakan! Buang jauh-jauh teori parenting, gunakan intuisi.

15. Jangan belajar! Tidak perlu belajar untuk hal-hal yang tidak kaubutuhkan.

16. Kalau bisa berantakan, kenapa harus rapi?

17. Ikutilah kata anak kecil karena kamu tidak selamanya benar.

18. Berdebatlah karena jika kamu memenangkannya, kamu telah mencapai prestasi tertinggi. Disebut prestasi yang tinggi karena sangat sulit untuk digapai.

19. Lebih baik menjadi bodoh jika kepintaran bisa membuat lidah setajam pedang hingga memunculkan penyesalan atau luka di hati orang.

20. Kesalahan terbesar adalah tidak tahu apa-apa.

21. Kamu harus jadi kaya, oke? Kaya hati, kaya jiwa, kaya materiil, kaya spiritual, dll.

22. Orang baik karena kaya, bukan orang kaya tetapi baik. Kaya itu, adanya di hati subjek. Bukan di mata pengamat. Contoh kalimat: "Dia sangat kaya." Subjek dalam kalimat tersebut adalah "Dia". Rasa kaya itu ada di hati si "dia".  Jika kita hanya sebagai pengamat dan melihat si dia miskin tetapi rajin memberi, berarti isi hati dialah yang kaya. Mata kita salah. Juga jika kita melihat si dia kaya dan rajin memberi, itu karena sudah jelas dia kaya dan hati diapun kaya. Jadi, orang menjadi baik karena kaya. Ungkapan "dia orang kaya, tetapi baik" menunjukkan prasangka buruk terhadap semua orang kaya, bahwa orang kaya itu biasanya jahat, bahwa orang kaya itu biasanya kikir, maka muncul pernyataan dia orang kaya, tetapi baik. Padahal bukan seperti itu kebenarannya. 

23. Jangan menasihati orang lain! Karena, mereka tidak akan pernah paham apapun yang kau katakan sampai mereka sendiri yang menyadarinya. Kesadaran merekapun bukan karena kata-kata atau nasihat kita. Pengalaman mereka sendirilah sesungguhnya yang mengajarkan. Berdoalah untuk mereka dan jika ingin dipercepat pemahamannya, nasihati!

24. Jangan punya harapan, jangan punya target jika kamu ingin hidup bahagia dengan nol ekspektasi.

25. Pujilah dirimu sendiri! :)

26. Batasilah pemberianmu karena yang meminta tidak pernah punya batasan.

27. Tidak perlu menjadi lebih dalam hal apapun.

28. Tidak ada salahnya untuk menetap pada zona nyaman.

29. Lawanlah semua yang bertentangan denganmu. Jika kamu tidak melawan, hilangkan kenginan untuk menang dalam debat.

30. Habiskan uangmu saat ini, makanlah makanan kesukaan dan belilah barang-barang yang diinginkan, sebelum nanti kamu menyesal di kemudian hari karena uangmu lari untuk hal-hal yang menyedihkan bagimu.

Minggu, 26 Juni 2016

DOA MALAM BINA INSAN TAQWA

Ya allah yang maha suci
Kami mengucap syukur yang tiada batas akan keagungan-Mu
Yang telah membimbing kami hingga kami merasakan nikmat ini
Nikmat berada dalam barisan-Mu
Nikmat bersentuhan dengan karunia-Mu setiap hari
Dalam tidur kami, pun dalam doa kami
Singkirkan dari pandangan kami kabut keraguan
Singkapkan dari hati kami tirai kebimbangan
Hancurkan kebathilan dari kalbu kami
Teguhkan kebenaran dalam hati nurani kami

Ilahi
Bimbinglah kami ke jalan menuju-Mu
Lapangkanlah kami ke jalan terdekat ke arah-Mu
Dekatkan bagi kami yang jauh
Mudahkan bagi kami yang berat dan sulit

Ya Allah yang menggenggam jiwa manusia
Gabungkan kami dengan hamba-hamba-Mu
Hamba-hamba yang berlari cepat mencapai-Mu
Yang senantiasa mengetuk pintu-Mu
Yang malam dan siangnya beribadat pada-Mu
Yang bergetar takut karena kehebatan-Mu
Yang bersimpuh tunduk di hadapan-Mu
Yang berkeringat karena terus mengingat-Mu
Yang berjuang hingga akhir darahnya
Yang kau penuhi dengan kasih-Mu sanubarinya
Yang kau hilangkan dahaganya dengan kemurnian tauhid

Mahasuci Engkau Ya Allah
Alangkah sempitnya jalan bagi orang yang tidak mempunyai jalan
Alangkah jelasnya jalan bagi orang yang telah Kautunjuki
Kami sungguh amat bahagia telah Kautunjuki jalan
Dan Kami tiada akan menyia-nyiakannya
Rintangan kami di depan mata
Di dunia baru yang sebentar lagi akan kami hadapi: Masa kuliah
Di sanalah lahan amal kami
Padang pahala bagi kami
Yang bisa kami petik buah ranumnya jika kami pelihara
Maka dari itu Ya Rabb. Turunkan kepada kami ketentraman dari sisi-Mu
Tutuplah wajah kami dengan cahaya cinta-Mu
Bimbinglah kami untuk tunduk berserah diri pada-Mu
Dan peliharalah kami dalam naungan sistem-Mu
Dengan kasih sayang-Mu
Wahai yang paling pengasih dari segala yang mengasihi

Wahai zat yang menyambut orang-orang yang berlari menemui-Mu
Kembalilah kepada kami dengan karunia-Mu
Kami yang mengasihsayangi orang-orang yang lalai mengingat-Mu
Yang mencintai orang-orang yang tertarik ke pintu-Mu
Yang merangkul orang-orang yang bahkan membenci-Mu
Dan mengajak mereka ke jalan kebenaran

Ya allah yang Maha Besar, perjalanan kami di dunia tidaklah lama lagi
Namun apa yang dapat kami beri untuk-Mu demi keselamatanku?
Sesungguhnya tiada yang Kau inginkan selain hamba yang bertauhid
Tapi kami masih belum memenuhinya
Padahal Engkau telah memberi kami segalanya
Kami ingin berjuang
Menegakkan risalah-Mu yang sesungguhnya tak akan pernah hilang
Yang diturunkan pada Nabi, Rasul, dan orang-orang saleh sebelum kami
Hingga janji kemenangan dari Mu datang

Ilahii janganlah kau campakkan aku dari perlindungan-Mu
Jangan Kausingkirkan aku dari penjagaan-Mu
Lindungi kami dari sumber berbagai bencana
Karena aku senantiasa bernaung dalam pengawasan-Mu

Ya ilahi, perjumpaan dengan Mu kesejukan hatiku
Pertemuan dengan-Mu kecintaan diriku
Ridho-Mu tujuanku
Melihat-Mu keperluanku
Mendampingi-Mu keinginanku
Mendekati mu puncak permohonanku
Menyerumu damai dan tentramku
Di sisi Mu penawar deritaku

Kamis, 10 Maret 2016

“From West Java to The World” Ulasan Mengenai Perkuliahan Umum Asian Community Lectures dalam Rangka One Asia

Pertemuan pertama : Jumat, 19 Februari 2016

Menarik sekali perkuliahan umum yang diadakan pada Jumat, 19 februari 2016 di Bale Sawala rektorat Unpad Jatinangor dalam rangka Asian Community Lectures (ACL). Kuliah umum ini diikuti oleh lebih dari 200 orang mahasiswa Unpad yang antusias dan haus akan wawasan pengetahuan global. Ada tiga orang pembicara dalam kuliah umum perdana tadi yaitu Pak Dede selaku ketua pelaksana, Bu Dianni dari Upi, dan Pak Rektor Unpad sendiri. Dalam sambutannya, pertama-tama Prof. Dede menyampaikan latar belakang diadakannya acara ini yaitu sebagai tindak lanjut dari One Asia Conference yang diadakan di Shanghai pada 2015 lalu. One asia Conference membahas kesatuan dan kerjasama antar masyarakat Asia secara keseluruhan berkaitan dengan research academic dan leadership grand, hingga disimpulkanlah bahwa akan diadakan perkuliahan umum yang membahas konteks global khususnya Asia. Perkuliahan ini diadakan dengan tujuan membangun kerjasama dan kesepahaman antar negara Asia dengan mengusung demokrasi, globalisasi, dan kesejahteraan.

Kemudian, sambutan kedua dilanjutkan oleh Bu Dianni yang memaparkan tentang apa itu One Asia Foundation. One Asia Foundation adalah organisasi nirlaba di Jepang yang bertujuan membangun kontribusi dan pemikiran bagi komunitas Asia. Fokusnya adalah pada pendidikan, budaya, dan kesejahteraan. Prinsip One Asia Foundation ada tiga :
1. Tidak terikat negara dan suku bangsa manapun
2. Tidak terikat agama dan ras apapun
3. Tidak masuk ke ranah politik

Setelah itu, Ibu Dianni juga menyampaikan tujuan diadakannya acara perkuliahan umum ini. Tujuan umumnya adalah untuk membangun kerjasama dan kesepahaman antar negara Asia. Tujuan khususnya ada tiga yaitu pertama mahasiswa antusias menerima informasi kemudian bersedia berkontak dengan seluruh Asia. Kedua membangun kesadaran, sikap, dan kompetensi mahasiswa atas peluang besar yang sedang dihadapi di era global ini. Ketiga menjadi jembatan penghubung lintas budaya dengan kajian kritis dan dialogis. Intinya adalah penguatan, saling pengertian, perluasan jaringan, dan interaksi antar masyarakat se-Asia demi masa depan dunia yang penuh perdamaian.

Nah, yang ketiga adalah pemaparan kuliah inti yang paling panjang dari Rektor Unpad Bapak Dr. dr. Med. Tri Hanggono Achmad yang mengambil tema “Transformation Education in Asian Setting”. Beliau menyampaikan materinya tanpa dibantu penayangan salindia di layar depan, padahal sudah disediakan. Ia ingin menumpahkannya langsung kepada peserta perkuliahan pada saat itu materi yang sudah tersusun rapi di kepalanya. Materi yang sudah disiapkan berbahasa Inggris sedangkang penyampaian lisannya menggunakan bahasa Indonesia, sambil sesekali diselingi bahasa daerah dan bahasa Inggris.

Pak Rektor mengawali materinya dengan membuka wawasan dan penerangan baru berkaitan dengan globalisasi. Pemikiran tentang konsep globalisasi telah menguat sekarang. Karena itu, konsep tentang konteks regionalisasi juga menguat. Tetapi kita juga perlu melihat ke kenyataan bahwa dunia ini satu kesatuan. Seharusnya kita buat komunitas One World, bukan hanya Asia saja. Sekarang ini, mobilisasi dunia semakin luar biasa. Di samping itu, fitrah manusia juga memiliki sifat defensive yaitu memertahankan eksistensinya. Hal itu bisa menimbulkan kekhawatiran kompetisi di bidang resource dan culture.

Mencuatnya isu globalisasi memunculkan dua pandangan yang seolah-olah saling bertolak belakang yaitu pandangan regional versus pandangan global. Maka dari itu, One Asia atau Asian Community muncul dengan menggunakan pendekatan universal yang akan memudarkan itu semua. Aspek akademik itu universal. Seharusnya, setiap perusahaan di negara manapun melihat hasil akademik untuk menerima pegawainya. Jika tidak melihat aspek akademik seperti nilai IPK, itu menyakitkan bagi seorang rektor. “Sakitnya tuh di sini” Kelakar beliau.

Ada sepuluh common goals atau tujuan utama Jawa Barat tahun 2013-2018 yaitu pertama akses dan kualitas pendidikan. Kedua, akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Ketiga, infrastruktur, energy, dan air. Keempat, agrikultur ekonomis. Kelima, non-agriculture ekonomis. Kelima, sumber daya alam, lingkungan, dan bencana alam. Ketujuh, seni, budaya, pariwisata, kepemudaan, dan olah raga. Ke delapan, keharmonisan keluarga dan populasi. Ke Sembilan, kemiskinan dan keamanan. Ke sepuluh pemerintahan, modernisasi, dan pengembangan area terpinggir,

Pemerintah sekarang ini sedang menggalakan pengembangan pendidikan di daerah perifer. “Siapa yang nanti setelah lulus nanti mau ke pangandaran, ke ujung genteng, ke ranca buaya, ke Kalimantan, ke papua, dan sebagainya?” tanya beliau kepada para mahasiswa. Tidak ada yang mengacungkan tangan. Sama sekali. Termasuk saya. Kenapa? Mungkin karena saat itu saya berpikir bahwa kampung halaman saya bukan di desa-desa itu, jadi saya hanya ingin mengabdi ke kampung halaman saya yakni Kota Bandung. Tetapi, Pak Tri menyalahkan pemikiran seperti itu yang tidak sejalan dengan misi pemerintah yang akan mengadakan pembangunan di daerah terpencil, terpinggir dan terbelakang. “Masa depan Indonesia itu ada di desa, bukan di Kota.” Begitu penjelasannya. Jima kalian berpikiran jauh ke depan, kalian akan memikirkan itu. Kalian akan mau dan bersemangat pergi ke Desa. “Jakarta mah sudah heurin” kelakarnya.

Yang paling berkembang pesat dalam globalisasi ini adalah sector bisnis. Saat ini sudah masuk ke era Masyarakat Ekonomi Asean maka dari itu semakin kuat pula pertumbuhan sector ekonomi. Akan tetapi, fokus utama bisnis tentu saja pada keuntungan. Nah, One Asia muncul sebagai solusi yang bukan hanya mewadahi bidang ekonomi, melainkan juga kesejahteraan dan sebagainya.
Di tengah kuliahnya, beliau juga sedikit menyindir mengenai tuaian masyarakat tentang kontroversi penggratisan kuliah kedokteran di Unpad. Kali itu saya mendengar penjelasannya langsung dari Rektor Unpad bahwa kuliah kedokteran di unpad tidak gratis sama sekali melainkan ada bantuan dari Dinas Pendidikan yang nantinya anak kedokteran harus mau ditempatkan di daerah-daerah sesuai dengan sasaran pembangunan pemerintah.

Yang paling dikhawatirkan dengan menghilangnya batas-batas negara ini adalah intervensi, atau pertarungan memperebutkan sumber daya alam. Maka dari itu, semangat OneAsia bisa tercapai dengan dukungan partisipannya yang tidak berpikir konteks negara melainkan masyarakat secara umum, juga mencermati dan menganbil sikap strengthening perifer capacity dan membangun daerah pinggiran sebagai kekuatan negara. Selain itu, juga tidak memunculkan dominasi satu budaya dengan budaya lainnya.

Kontribusi Unpad dalam partisipasinya mendukung OneAsia atau Komunitas Asia ini adalah dengan mengusung tema “From West Java to The World”. Artinya, orang Jawa Barat khsusnya Sunda dan terutama mahasiswa Unpad harus bisa membawa budaya-budaya Jawa Barat yang luhur ke kancah dunia. Intinya, jika ingin mendorong kekuaran Asia, pertahankan Identitas Anda.

Minggu, 21 Februari 2016

Ciri-ciri Pidato

 Pidato memiliki ciri khas atau karakteristiknya tersendiri yang membedakannya dengan kegiatan komunikasi massa lainnya, di antaranya :
1.      Satu arah
Pidato adalah penyampaian materi satu arah dari seorang pembicara ke depan khalayak ramai. Ini berbeda dengan diskusi—yang bisa terjadi pembicaraan dua arah atau lebih—pidato hanya disampaikan oleh satu orang, ke orang lain yang jumlahnya sangat banyak dengan tanpa ada timbal balik atau respon dari orang yang mendengarkannya.
2.      Audiensnya banyak
Kegiatan berpidato akan disebut pidato ketika didengarkan oleh audiens yang banyak. Jika itu dilakukan di depan cermin seorang diri, itu bukanlah pidato karena tidak ada objek yang disasarkannya. Sekalipun itu di depan kamera, penampilan pidato itu nantinya akan disiarkan di depan layar kaca dengan penonton yang sangat banyak. Contohnya adalah tabligh akbar, atau kultum menjelang adzan magrib pada bulan Ramadan.
3.      Pembicaranya seorang ahli
Kenapa orang mau mendengarkan pidato karena pembicaranya seorang ahli yang mampu membahas secara keseluruhan isi materi. Jadi, tentu saja pidato harus dilakukan oleh seseorang yang ahli dalam membahas suatu hal yang akan disampaikannya tersebut.
4.      Hanya membahas satu hal
Pidato idealnya hanya membahas satu hal saja dan tidak ke mana-mana. Yang dibahas itu haruslah satu materi yang akan dijelaskan secara tuntas dan komprehensif agar pendengar juga menangkap dan memahami utuh apa yang disampaikan.
5.      Tidak dipandu oleh seorang moderator, MC, atau semacamnya
Keberjalanan pidato tidak perlu dipandu oleh seorang moderator, MC, atau semacamnya. Karena, dalam pidato itu tidak boleh ada pemotongan di tengah-tengah keberlangsungannya. Hal ini berbeda dengan diskusi panel atau kegiatan presentasi lainnya yang membutuhkan pemandu demi melancarkan acaranya.
6.      Tidak ada sesi tanya jawab
Ya memang, karena tidak ada pemandu dalam berpidato, sesi tanya jawab pun tidak ada. Adalah tidak sopan memotong pembicaraan orang yang sedang berpidato—baik itu untuk bertanya atau menyanggah—karena itu akan mengganggu orang lain yang sedang mendengarkannya.
7.      Tidak bertujuan untuk menyimpulkan sesuatu secara mufakat
Berbeda dengan diskusi, pidato tidak bertujuan menyimpulkan sesuatu secara mufakat. Sebuah diskusi akan menghasilkan kesimpulan yang mungkin bisa untuk dijadikan acuan ke depannya, sementara itu kesimpulan dalam pidato disampaikan hanya oleh pembicaranya saja.
8.      Tidak menggunakan media penyampaian (layar proyektor, video, papan tulis, dll)
Berbeda dengan presentasi, motivator, training, dan sebagainya, pidato tidak menggunakan alat-alat pendukung penyampaian materi seperti proyektor, tayangan video, papan tulis, ataupun kertas dan spidolnya. Di dalam pidato hanya disampaikan materi secara lisan dari pembicara kepada khalayak dengan harapan pendegarnya mendengarkan secara utuh materi yang disampaikan meskipun tanpa media.
9.      Biasanya menggunakan podium, panggung, dan pengeras suara
Ciri khas yang paling terlihat dari sebuah pidato adalah podium atau mimbar. Jika seseorang ada yang sedang berbicara di balik mimbar, bisa dipastikan dirinya sedang melakukan pidato. Pidato biasanya juga dilakukan dengan berdiri, di atas panggung atau di depan kelas/ruangan, dan menggunakan pengeras suara atau mikrofon agar bisa didengar oleh seluruh audiens yang jumlahnya tidak sedikit.
10.  Kerangka naskah pidato terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup

Pidato haruslah terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup. Pembukaan pidato isinya berupa salam, rasa syukur, puji-pujian, ucapan terima kasih, dan judul pidato. Berikutnya adalah isi yang mulai memaparkan materi pidato secara lebih rinci. Pidato ditutup dengan penutupan yang isinya kesimpulan, ajakan (jika itu berupa pidato persiasif), ucapan permohonan maaf apabila ada kesalahan, dan diakhiri dengan salam. 

Jumat, 07 Agustus 2015

Pemertahanan Bahasa Indonesia di Tengah Globalisasi



            Ketika saya sedang berkumpul bersama teman-teman saya yang mendalami ilmu ekonomi, saya dibilang begini: “Ah, sayang sekali Anda mempelajari bahasa Indonesia di perkuliahan Anda, sekarang ini yang lebih terpakai adalah bahasa Inggris.” Saya tersenyum saja mendengar teman saya berbicara begitu. Teman saya ini sehari-harinya memang berkutat dengan isu global yang membahas perekonomian dunia. Ia tahu ramalan ekonomi terkini tentang Indonesia bahwa negeri ini akan bergerak dari kekuatan ekonomi dunia terbesar ke-16 menjadi ketujuh di tahun 2030. Ia tahu segala hal mengenai saham, nilai tukar rupiah terhadap dolar, harga-harga bahan pokok yang fluktuatif, dan sebagainya. Saya yakin banyak orang yang berfikiran sama layaknya teman saya itu. Terutama di zaman globalisasi seperti sekarang ini. Tapi saya mencoba menanggapi opini itu dengan pendekatan lain. Apakah yang membuat mereka bisa berpendapat dan menyimpulkan hal-hal itu? Apa alat yang mereka gunakan untuk menjelaskan kepada dunianya tentang isu-isu ekonomi tersebut? Bagaimana cara mereka bisa mengatakan dan mengungkapkan gagasan-gagasannya?
            Jawabannya adalah tentu saja dengan penggunaan bahasa. Segala macam ilmu pengetahuan baik itu ekonomi, teknologi, politik, sosial, budaya dan sebagainya pasti membutuhkan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan segalanya. Hubungan bahasa dan ilmu pengetahuan bersifat kumulatif, tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Tanpa kegiatan berbahasa—baik itu tertulis maupun lisan—bisa ditebak bahwa segala ilmu pengetahuan pasti menemui ajalnya dan Indonesia akan berlayar bagai kapal tanpa kompas.
Di era globalisasi seperti kurun waktu sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyeruak semakin pesat. Hal ini akan menimbulkan kepincangan bagi suatu bangsa jika tidak diimbangi dengan kecakapan penggunaan bahasa oleh masyarakatnya. Bidang bahasa  telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bisa dipergunakan untuk menulis berbagai macam ilmu pengetahuan. Biarpun bagaimana, segala buku teks yang berbahasa Inggris tentunya harus ‘diartikan’ dulu ke dalam bahasa Indonesia yang cocok agar bisa dimengerti oleh kita: orang Indonesia.
Suatu bangsa akan tergusur arus globalisasi yang bukan main dahsyatnya jika tidak memiliki bekal berbahasa yang baik. Dalam hal ini, Indonesia punya suplemen andalannya agar masyarakatnya tidak jauh tertinggal karavan globalisasi ini. Adalah bahasa Indonesia; yang menjadi anugerah Tuhan terbesar bagi kita bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat melenyapkan persoalan bahasa yang sangat pelik dan menimbulkan emosi kedaerahan. Kita tahu bahasa Inggris sedemikian luasnya dipakai di dunia. Tetapi bahasa Indonesia adalah bekal awal orang Indonesia jika mau menguasai dunia. Tidak ada orang sukses Indonesia yang tak cakap menggunakan bahasa Indonesianya. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar dirasa perlu bahkan lebih utama dibanding bahasa lainnya demi memperluas wawasan orang Indonesia dalam mengikuti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menghadapi era globalisasi.
Tetapi yang terjadi sekarang justru orang semakin menjauh dari bahasa yang bisa merekatkan perbedaan di negeri zamrud khatulistiwa ini. Hal tersebut otomatis menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang paling kurang efektif menjelaskan dirinya sendiri pada dunia luar. Mari kita lihat kenyataan, hampir 90 persen karya tulis ilmiah tentang Indonesia justru disusun oleh mereka yang tinggal di luar Indonesia, yang sebagian besar tentunya adalah orang asing. Padahal keistimewaan Indonesia tidak seperti di Negara-negara lain yang tidak memiliki bahasa yang diakui secara nasional sehingga sering timbul perpecahan kedaerahan. Contohnya di Belgia, penduduk yang berbahasa Flaams mengalami diskriminasi dari pembicara-pembicara bahasa Perancis. Lebih menyedihkan lagi ialah persoalan bahasa di negara-negara afrika di sebelah selatan Sahara yang memiliki tidak kurang dari delapan ratus bahasa. Bayangkan jika Indonesia tidak memiliki bahasa nasional bahasa Indonesia? Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, dan budaya ini akan menjadi kacau balau. Beruntung Indonesia punya satu bahasa yang kedudukannya di atas bahasa-bahasa daerah lainnya yaitu bahasa Indonesia. Inilah yang sesungguhnya dibutuhkan masyarakat Indonesia guna mempertahankan eksistensi Indonesia di mata dunia.      
            Kemajuan suatu bangsa memang bisa dilihat dan dihitung dari segi ekonomi maupun sektor lainnya, tetapi apakah jika tidak diiringi dengan kualitas penggunaan bahasa oleh masyarakatnya akan juga menjadi bangsa yang dinilai baik oleh dunia? Kalau dalam berbicara seseorang melakukan kesalahan dengan mempertukarkan kata-kata bahasa kasar dengan kata-kata bahasa halus, atau sebaliknya, ia akan dianggap kampungan, bukan sekolahan, tak beradab, dan tidak bisa disebut sebagai orang yang berbangsa.
Selain bahasa, semua orang pun tahu bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam, manusia, dan budayanya. Segala hal itulah yang sering masyarakat Indonesia gaung-gaungkan kebanggannya di mata dunia. Tetapi saya juga ingin mengatakan, hanya ada satu hal yang bisa dibanggakan oleh bangsa Indonesia ketika sudah tidak ada lagi kekayaan apapun yang ada dalam genggaman tangannya. Satu hal ini kepemilikanya mutlak kepada masyarakat Indonesia secara utuh dan dikuasai juga oleh hampir setiap individunya. Ialah bahasa Indonesia yang jika ia dijunjung tinggi, maka ia tidak akan lekang dimakan zaman dan tidak bisa dicaplok ataupun direbut oleh bangsa manapun di seluruh jagat raya.

Selasa, 21 Juli 2015

CINTA DALAM RIDHO-NYA (sebuah cerpen)


Orang bisa beranjak tua, tetapi kebahagiaan tak pernah memandang usia. Teruntuk Abah dan nini Neneng selamat berbahagia! Penuh harapan dari kami sekeluarga, kalian selalu dinaungi oleh ridho-Nya dalam janji suci setia.
Tiga syawal, ikrar pernikahan telah sah dikumandangkan dengan tegas oleh Abah, kakekku. Di usianya yang senja kini, wajahnya tetap menyiratkan senyum daun segar. Terlebih ketika telah ditetapkannya seorang wanita cantik resmi menjadi istrinya. Wanita yang tak berbeda jauh usianya dengan kakek. Wanita yang telah terpilih dan dipilih oleh sepasang kekasih sejati: kakek dan nenekku.

Tapi sekarang, nenekku sudah tiada. Beliau pergi meninggalkan seorang laki-laki yang menjadi pendamping hidupnya sampai akhir hayat. Bahkan di saat ia tengah ditemani malaikat maut, kala menunggu detik-detik kepergiannya, laki-laki itu terus berada di sampingnya. Deras hati kakek menangis tapi wajahnya kosong menatap sendu. Pandangannya menerawang mengingat keinginan terkahir sang pujaan hati bahwa ia ingin meninggal dalam pangkuan suaminya.


Hingga nenek benar-benar menghembuskan napas terakhirnya dalam tenang, kakek belum bisa mewujudkan keinginan terakhir sang istri tercinta. Ia hanya bisa mendekapnya, menciumnya, dan mengucapkan betapa ia mencintainya. Kakek tak ingin mengucapkan itu: salam perpisahan—yang baginya akan sangat menyayat hati. Ia yakin di suatu tempat yang jauh lebih indah, suatu hari nanti, mereka akan dipersua kembali.

***

Orang yang pergi biasanya meninggalkan wasiat-wasiat untuk yang masih hidup. Ada satu wasiat peninggalan nenek yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh kami; keluarga besarnya. Nenek dan kakek memiliki empat orang anak yang dari keseluruhannya memanenkan 25 orang cucu. Betapa bahagianya nenek dan kakek ketika kami semua tengah berkumpul bercengkrama. Tetapi saat ini, kebahagiaan itu hanya bisa dirasai oleh kakek, bahkan sebagian kebahagiaan itu hilang baginya, lebih karena nenek yang sudah tiada.


Nenek pergi dengan meninggalkan sebuah kotak berisikan seperangkat alat sholat. Kotak itu dihiasi pita kain berwarna perak dan renda merah muda. Pada tutupnya terukir gambar hati yang diberi plastik sehingga transparan terlihatnya. Di dalamnya tampak kain mukena bermotifkan bunga-bunga indah. Kain itu bersih, suci. Nampak baru dan selalu bercahaya. Itulah cahaya kebaikan nenek, yang dengan tulus hati menyiapkan itu semua untuk kebahagiaan suaminya kelak jika ia tiada.


Siapa yang tahu ajal, siapa yang tahu batas usia? Ternyata sakit nenek yang sudah empat bulan ini berujung pada rasa kehilangan yang amat mendalam di hati kami semua, terutama hati kakek. Tetapi nenek tidak menginginkan hal itu. Nenek tak ingin kakek berduka, sedih berkepanjangan, karena kepergiannya. Nenek tak ingin air mata suaminya menetes dan melukai sukma arwahnya. Ia hanya ingin kebahagiaan sang tambatan hati, dengan ataupun tanpa dia.


Seperti sebuah angan yang menjadi kenyataan, firasat nenek bahwa ia yang akan meninggalkan bahtera sakinah ini terlebih dahulu benar-benar terjadi. Tetapi janji nenek untuk membuat kakek bahagia tetap dipenuhinya meski ia sudah berada di alam lain. Nenek pernah berkata kepada kekek bahwa di kala senja usianya kini, ia tidak lagi bisa melayani kakek, memenuhi keinginannya, dan menjadi andalannya dalam menjalani kesehariannya—meski hatinya tetap bisa menjadi satu-satunya sandaran. Bagai mengulum tangkai mawar berduri yang masih segar, ia memberikan mawar itu kepada sang kekasih hati, dengan tulus beriring doa, sebagai tanda cintanya. Ia meminta kakek untuk bersedia menikah lagi.


Betapa sungguh keputusan semacam itu hanya bisa dilontarkan oleh wanita berhati suci. Jiwanya tak pernah dikotori dengan dengki. Mulutnya selalui dipenuhi nasihat-nasihat ilahi. Sukmanya dialiri dengan rasa kasih sayang pada keluarganya. Lantunan dzikir dan doa senantiasa mengalun pada lidahnya. Tak ada testimoni negatif dari orang-orang di sekitarnya tentang dirinya. Raut muka jasadnya tersenyum: bercahaya. Tak terbayang jelita wajahnya di alam baka sana.


Tak lama setelah semua duka cita itu mereda, tibalah saatnya kami semua melaksanakan wasiat nenek. Tepat pada hari ke seratus sepuluh meninggalnya nenek, kakek memilih seorang wanita solehah nan cantik untuk diperistrinya. Seorang nenek yang baik hati dengan tiga orang anak dan sembilan orang cucu. Wanita itu memang sudah terpilihkan dengan tepat oleh nenek sebelum meninggalnya. Dulu ketika di rumah sakit, nenek pernah berkata selepas bangun dari tidurnya, “Ini mah nini Neneng, ini mah nini Neneng, bukan nini Oko, jangan salah manggil, ya. Ini mah nini Neneng.” sambil menunjuk dirinya. Entah apa yang baru saja datang dalam mimpi nenek saat itu hingga beliau bisa berkata demikian. Kami anggap itu suatu pertanda, dan tanda itu memang benar-benar nyata sekarang.


Air mata bahagia tumpah ruah sesaat selepas ikrar janji suci itu dikumandangkan oleh Abah. Di sebuah masjid tempat dilangsungkannya pernikahan fenomenal sepanjang sejarah kehidupan keluarga besar kami, hampir seluruh sanak saudara yang hadir di situ menangis. Terlebih lagi kedua mempelai laki-laki dan perempuan. Mereka bagai dua insan yang terlahir kembali. Filosofi hari raya kembali fitri di sini benar-benar terjadi. Kakek dan nenek baruku saling memandang, tersenyum. Ketika Abah mendekap dan mencium istrinya dengan gembira, seketika tawa buncah memenuhi ruangan masjid yang cukup luas dengan empat tiang itu. Kami semua bersuka cita pada hari itu. Nenek di alam sana pasti turut tersenyum bahagia menyaksikan ini semua.


Selanjutnya, bahtera kehidupan Abah dan Nini Neneng kami angankan berlangsung dengan sakinah, mawaddah, wa rahmah. Kami yakin pertalian itu dilandasi oleh rasa cinta yang penuh kepada Yang Maha Kuasa. Sungguh indah cerita yang dituliskan tinta-Nya bagi kehidupan kakek, nenek, nini Neneng, dan kami semua. Setelahnya, ini akan menjadi sebuah cerita yang panjang. Mudah-mudahan cerita ini akan berujung pada dikumpulkannya kembali keluarga kami di surga yang menawan kelak. Aamiin ya Tuhanku yang Maha Penyayang.

TIDAK TAMAT

Sabtu, 28 Februari 2015

Wajah Birokrasi Indonesia dalam Cerpen “Peci Ayah”-nya Satmoko Budi Santoso



            Semua orang tahu para penggede-penggede indonesia mendapatkan jabatannya pasti melalui berbagai cara, intrik, yang biar itu halus maupun kasar, mengedepankan yang namanya kemenangan. Suara terbanyak menjadi cita-cita sendiri bagi setiap manusia yang haus akan jabatan itu. Jalan mulus dan jalan berliku dilewati. Sesekali berbuat curang mereka tak perduli. Demi tahta dan harta untuk bisa dinikmati.
            Sudah jelas dari awalnya para petinggi itu mau mendapatkan jabatan saja sudah berlaku tidak adil, bagaimana mau memandu negeri ini? Kepada dirinya sendiri saja mereka sudah berlaku tak jujur, bagaimana bisa jujur kepada rakyat? Hal itu terjadi nyaris di semua lini. Nyaris, ya, saudara. Bukan  hampir. Karena itu, adakah secercah kepercayaan kepada segolongan kecil—sangat kecil—yang masih memiliki jiwa bersih dalam hatinya selama menjalani birokrasi? Percayalah itu masih ada. Dalam cerpen “Peci Ayah”, semuanya dengan unik dijelaskan.
            Seorang lelaki pasti kelak akan memangku jabatan baik itu menjadi presiden, gubernur, bupati, walikota, camat, lurah, ketua RW, ketua RT, dan bahkan memangku jabatan sebagai “Ayah”. Ayah, yang siapapun pasti memilikinya, yang nama kita selalu dibuntutinya, yang nasab jelas terpahat darinya, akan menjadi panutan kita dalam berbagai hal. Jika ia mencoretkan tinta hitam perusak hidupnya, anaknya akan menambah coretan tersebut shingga menjadi semakin hancurlah gambar dalam kertas kehidupan keluarga. Jika dihapus atau bahkan tidak dicoret dengan tinta gelap manapun maka akan bersih pula apapun yang disalinkannya. Seorang ayah harus bisa menanamkan budi pekerti yang baik pada anaknya, salahsatunya seperti tokoh ayah dalam cerpen ini.
            Satu hal yang menjadi inti dari cerpen ini bahwa kebenaran, sampai kapanpun pasti akan terpancar cahayanya. Kebohongan dan kejujuran pasti akan kontras bedanya. Ada tangan yang menjalankan pola roda kehidupan untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Peci, sebagai lambang kepala manusia yang menyimpan seribu ide-ide, baik maupun buruk. Tempat menyimpan segala yang dibutuhkannya dan kebenaran juga ada di kepalanya. Seiring berjalannya waktu semuanya pasti terungkap.
            Menganggap modernitas sebagai suatu yang gengsi sekarang juga terungkap dalam cerpen ini. Zaman sekarang yang sudah serba modern ini digambarkan oleh tokoh ibu sebagai kegiatan yang norak jika berurusan dengan peci, apalagi menaruh uang di lipatan peci. Tetapi ayah, bukan hanya menyimpan uang di lipatan pecinya melainkan sesuatu yang lebih penting, yang bisa menjadikan saksi nyata kalau ayah tidak tergusur oleh arus zaman yang kotor ini.
Unsur Intrinsik Cerpen
            Tema besar dalam cerpen ini tentang politik. Politik identik dengan jabatan dan birokrasi, meskipun tidak semua bait dalam cerpen ini mengandung tema politik. Sebagian besar membahas tentang peci, tapi peci di sini itu simbol kejujuran yang masih tersimpan di dalam kepala orang yang baik dan arif. Juga ada tema tentang keluarga di situ yang diterangkan mengenai kebiasaan-kebiasaannya dan sedikit bumbu pertengkarang kecil dan diselingi gelak tawa.
            Alur dalam cerpen ini adalah maju-mundur. Pertama menjelaskan tentang kebiasaan kakeknya si tokoh aku yang sering menggunakan peci kemana-mana. Berarti ini mundur dulu ke zaman sebelum kakek meninggal dan bahkan si tokoh aku masih kanak-kanak. Kemudian alur maju menceritakan keadaan sekarang si tokoh aku sudah besar dan sudah berkeluarga hingga pergi umroh. Dari sejak diceritakan mengenai pembersihan caleg di tempat tinggal si tokoh aku, alur cerita menjadi jelas kembali untuk bercerita, bukan sekedar memberitahu situasi.
            Yang menjadi latar dari cerpen ini adalah rumah, dan balai tempat rapat, juga makkah kota suci. Latar waktu tidak begitu kentara diceritakan karena terkadang hanya menjelaskan kejadian yang telah berlalu atau kebiasaan yang pernah ada, tetapi jarang menceritakan hal yang sedang terjadi. Jadi waktunya pagi, siang, atau sore, tidak begitu dijelaskan.
            Tokoh dalam ada cerpen ini ada beberapa orang di antaranya kakek si aku, ayah si aku, ibu si aku, warga RT, dan para caleg. Tokoh utama di sini adalah ayah, tapi ayah adalah kata yang perlu digambarkan dulu kondisi sebelumnya: bahwa dalam cerita ini ada tokoh ayah tentunya sudah digambarkan sebelumnya bahwa ada tokoh aku yang bukan menjadi tokoh utama tetapi tokoh pembantu.
            Sudut pandang yang dipakai dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama serba tahu karena sejak awal sudah menonjolkan kata-kata yang keluar dari pikiran si aku. Juga hanya isi pikiran aku yang diceritakan dalam cerpen ini, bukan isi pikiran siapa-siapa.