Minggu, 27 Juli 2025

Manajemen Sampah di Labuan Bajo





Jawaban pertanyaan soal studi kasus PM 13 tentang manajemen sampah di Labuan Bajo

oleh: Maryam Fathimiy, calon pengabdi muda Arah Pemuda Indonesia


PERTANYAAN
TOPIK: Dampak Manajemen Sampah terhadap Keberlanjutan Pariwisata di Labuan Bajo.*
Latar Belakang:
Sebagai destinasi wisata premium, Labuan Bajo terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pariwisatanya. Namun, permasalahan sampah masih menjadi tantangan, di mana banyak warga dan pelaku usaha membuang sampah sembarangan, baik di sekitar lokasi wisata maupun pemukiman masyarakat. Pengelolaan sampah yang tidak efektif dapat berdampak pada kelestarian lingkungan serta citra pariwisata Labuan Bajo di mata wisatawan. 
Pertanyaan:
  1. Berdasarkan Gambar 1, apakah alur pengelolan sampah di Labuan Bajo sudah sesuai? Jelaskan alasan Anda! Jika menurut Anda belum tepat, berikan usulan alur pengelolaan sampah yang lebih efektif untuk diterapkan di labuan Bajo.
  2. Pada Gambar 31, disajikan hasi analisis Leverage Aspek Ekologi Pariwisata di Labuan Bajo. Bagaimana pendapat Anda mengenai data tersebut? Apa implikasinya terhadap keberlanjutan pariwisata di Labuan Bajo?
  3. Jika Anda menjadi salah satu Tim Pengabdi Muda #13, program seperti apa yang akan Anda rancang untuk membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah di Labuan Bajo? Jelaskan konsep, tujuan, serta metode pelaksanaannya secara singkat!
Gambar Tanpa Teks

JAWABAN SAYA

jawaban no 1

 1. Alur pengelolaan sampah di Labuan Bajo pada Gambar 1 menurut saya sudah sesuai, namun memiliki kelemahan tidak ramah lingkungan karena akan terjadi penumpukan masif di tempat pembuangan sementara (TPS) atau di tempat pembuangan akhir (TPA) di sana. Akan tetapi, jika diterapkan penanggulangan menggunakan pendekatan community-empowerment-agar-masyarakatnya-mampu-mengolah-sampah-sendiri juga menurut saya masih terlalu utopis atau terlalu jauh dari kenyataan. Idealnya memang sampah dikelola masing-masing rumah tangga dengan metode pilah-pilah sampah organik, non-organik, kertas, kaleng, dan lainnya lalu didaur ulang. Namun, bagaimana dengan sampah hasil non-rumah tangga seperti dari pabrik pembuatan pakan ikan atau dari industri perhotelan? Mereka masih mengandalkan langsung membuang ke TPS atau TPA sama seperti pada gambar 1. Maka dari itu, kualitas sumber daya manusia di sana harus ditingkatkan terlebih dahulu dengan edukasi dan pendidikan agar dapat memuncul kesadaran lingkungan yang lebih baik. 

jawaban no 2

2. Pendapat saya mengenai data Leverage Aspek Ekologi Pariwisata di Labuan Bajo yang tertera pada Gambar 31 yaitu masih banyak yang kurang baik dan perlu diperbaiki. Sebanyak 5 dari 8 atribut masih perlu dibenahi. Berdasarkan analisis yang saya pelajari di laman media.neliti.com, nilai Root Mean Square (RMS) yang baik adalah yang kurang dari sama dengan satu, semakin mendekati nilai nol maka koreksi geometriknya semakin baik. 

Dalam gambar hanya terlihat 3 atribut yang memiliki nilai di bawah 1 yang artinya sudah selaras dengan ekologi pariwisata di Labuan Bajo, yaitu (1) Kepadatan Penduduk, (2) Tingkat Kebisingan, dan (3) kepadatan lalu lintas. Dengan jumlah penduduk di Labuan Bajo yang hanya 6.971 jiwa pada 2021 menurut laman Wikipedia, kepadatan penduduk dan Tingkat kebisingan di sana memang sangat minim. Ini tentunya cocok dengan wisatawan yang lebih menyukai suasana tenang. Sisanya memiliki nilai di atas 1 yang artinya masih buruk dan perlu perhatian. 

Semua atribut yang tertulis pada gambar akan saling mendukung dan nilai RMS akan berubah jika satu saja dibuang. Implikasinya terhadap keberlanjutan pariwisata di Labuan Bajo yaitu perlu adanya pembenahan terhadap 5 atribut yang masih memiliki nilai di atas angka 1 atau satu koma sekian-sekian, seperti pada aspek: (1) jumlah timbunan sampah, (2) kondisi ekosistem & sumber daya alam, dan (3) indeks polusi air udara tanah. Untuk aspek (4) daya dukung wisata—yang  memiliki nilai terburuk di angka 2,34 juga perlu ditanggulangi seperti dengan cara menggandeng pemangku kebijakan dan menyediakan sarana-prasarana yang baik seperti WC umum, papan penunjuk lokasi, dll. Untuk aspek (5) kebencanaan juga dapat diminimalisir dengan cara mitigasi bencana contohnya mitigasi gempa menggunakan lagu dan gerakan “Kalau Ada Gempa-Lindungi Kepala, jongkok di kolong meja, cari tempat terbuka-mari kita berdoa” yang easy-listening untuk anak-anak dan dewasa. Jika semua itu tidak dijalankan, pariwisata di labuan bajo akan terancam tidak sustainable.

jawaban no 3

3. Sebagai tim pengabdi muda, saya akan membuat program kunjungan/visit ke TPS dan TPA dengan tema “Kunjungi Sampahmu! Sehari Mejadi Sampah”. Latar belakang: ketidakmampuan warga dalam menanggulangi sampah seringkali disebabkan ketidaktahuan mereka akan dampak nyata yang ditimbulkan dari tumpukan sampah yang menggunung. Tujuannya agar warga memahami alur perjalanan sampah yang dikonsumsinya. Meskipun tidak secara langsung memecahkan solusi, setidaknya program ini akan memunculkan kesadaran masyarakat yang diajak kunjungan untuk mengetahui bahwa timbunan sampah di TPS dan TPA Labuan Bajo sudah sangat menumpuk dan berdampak sangat buruk bagi lingkungan.  Melalui program ini, warga akan diajak untuk mengunjungi TPS atau TPA di Labuan Bajo sehingga mereka melihat sendiri seperti apa buruknya dampak timbunan sampah yang akan mengancam keberlanjutan kehidupan di Labuan Bajo dari segala aspek baik itu lingkungan, ekonomi, maupun pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar