Selasa, 14 Januari 2014

Pengalaman Diserang Migrain Aura



KILATAN AURA ITU

“Hingga detik inipun hidupku masih dihantui oleh makhluk itu, dan entah sampai kapan...”



A
ku akan menceritakan suatu kejadian yang telah mempengaruhi hidupku hingga saat ini. Kejadian ini berkaitan dengan kesehatanku. Saat itu, usiaku baru 11 tahun, kelas 5 SD. Aku masih ingat betul detail kejadiannya. Kejadian yang sangat aneh dan langka yang mungkin hanya dirasakan oleh segelintir orang saja di dunia.
Sore itu seusai pelajaran olahraga, matahari bersinar sangat terik. Panasnya membakar seluruh isi bumi. Aku yang sedang berdiri terpaku di tengah lapangan melihat ke sekeliling. Aku harus sedikit menyipitkan mataku karena silau. Tiba-tiba seberkas cahaya putih kecil muncul pada jarak pandangku. Aku mencoba menggapai cahaya itu, tapi cahaya itu tak konkrit. Aku berjalan menepi ke tempat teduh. Kemudian aku mengambil minuman isotonik yang aku tahu betul apa merknya. Aku memperhatikan botol minuman itu dan kubaca dengan saksama judulnya.
Aneh. Aku tidak dapat membaca utuh semua hurufnya. Apa mungkin minuman itu berganti merk? Atau kemasannya sobek? Kudekatkan lagi minuman itu ke depan mataku. Tetap saja yang terbaca hanyalah huruf yang tertera agak ke kanan: ....CARI ....AT. Kuletakkan kembali botol itu di lantai. Urung untuk minum. Kemudian ku lemparkan kembali pandanganku ke sekeliling. Cahaya itu masih bertengger di depan mataku dan bahkan semakin membesar.
Ternyata ulah cahaya tadi aku jadi tidak bisa melihat utuh. Cahaya itu sangat menganggu. Ditambah lagi tangan kiriku yang tiba-tiba terasa kebas. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Keadaan seperti ini sangat mengerikan bagiku. Terlebih ketika melihat wajah teman-temanku yang mendadak terlihat seperti monster, hanya sepotong dan dibatasi garis zig-zag berwarna-warni. Aku mengungkapkan ini kepada teman-temanku. Mereka semua merasa aneh dan ngeri juga bahkan mengira aku berbohong.
Ini nyata. Sungguh nyata. Cahaya itu lama-kelamaan semakin membesar. Membentuk lingkaran namun tak beraturan. Sisi-sisinya zig-zag berpendar aneh. Warnanya bagai kerlip lampu disko. Silih berganti dan membuatku pening. Dan seiring berjalannya waktu cahaya itupun menghilang. Cahaya itu menemani mataku selama kurang lebih satu jam. Satu jam yang begitu mendebarkan. Namun, yang terjadi setelah itu lebih mengerikan lagi. Membayangkannya saja aku tidak berani.
Seketika itu sakit kepala hebat menyerangku. Tanpa ampun, sakit itu menjalar hingga ke pelipis mataku. Rasanya bagai disayat belati. Sangat pedih. Ingin rasanya aku mencopot kepalaku dan membetuli apa yang korslet. Saking sakitnya, aku sampai berfikir mungkin mati lebih baik daripada harus menderita seperti ini.
Rasa sakit itu anehnya hanya menyerang sisi sebelah kanan kepalaku. Bertolak-belakang dengan cahaya aneh tadi yang menutupi pandanganku yang sebelah kiri. Aku jadi ingat pelajaran ipa, otak bagian kanan mengatur kerja tubuh bagian kiri, dan sebaliknya otak bagian kiri mengatur kerja tubuh bagian kanan. Namun, bagian mana dari otakku yang bermasalah itu? Sebelah kanan. Ya, kanan. Sakit itu terpusat di atas mata kananku, yang beberapa waktu sebelumnya, si otak mengganggu  kerja pengelihatanku yang sebelah kiri.
Sore itu, yang biasanya aku pulang berjalan kaki, kini dijemput oleh ibuku setelah sebelumnya guruku memberitahu ibu perihal sakitku ini. Di rumah, aku tidur di kamarku dengan menumpukkan bantal dan selimut tebal di atas mukaku, serta tak lupa mematikan cahaya lampu. Jadilah keadaan sangat gelap. Namun, itu lebih baik daripada harus bertemu cahaya itu lagi. Dan akupun jadi sangat sensitif terhadap cahaya.
 Itulah hari pertama aku berkenalan dengan makhluk yang bernama “migrain”. Makhluk itu—sejak saat itu—jadi sering menyapaku sesuka hatinya. Tak mengenal waktu, tak mengenal tempat, dan tak mengenal keadaan. Lebih sering hadir pada saat tidak tepat. Pernah aku disapanya saat tubuhku memang sedang dalam keadaan lelah, baik fisik maupun psikis. Aku merasa wajar. Seperti pada saat aku akan menghadapi pra ujian nasional SMP. Pelajaran matematika hari itu. Aku merasa belum mempersiapkannya secara matang, makanya aku memikirkannya terus. Dan tanpa diduga, migrain pun menyerang tepat saat aku berhadapan dengan kertas soal. Tapi tak jarang sakit itu kambuh pada saat aku sedang dalam keadaan sehat-sehat saja. Aku ceria, senang, dan tidak ada beban. Seperti saat akan mempersiapkan pelepasan kelas 6, suasananya begitu membahagiakan saat itu. Namun, tiba-tiba cahaya itu datang lagi tanpa ada yang mengundangnya, dan itu mengacaukan semuanya.
Satu hal yang perlu digaris bawahi: aku belum pernah memeriksakan ke dokter perihal sakitku ini. Belum siap menerima kenyataan terburuk. Aku berfikiran yang tidak-tidak seperti apakah ada  kanker ganas atau penyakit mematikan lainnya di dalam tubuhku? Sejatinya, aku memang belum pernah sekalipun dirawat di rumah sakit karena penyakit serius.
Dan syukurlah ternyata kenyataan terburuk itu memang tidak pernah terjadi.
Banyak memang yang tidak aku mengerti dari penyakit ini, seperti, aku tidak tahu apa yang memicunya, jenis sakit kepala atau sakit matakah ini, dan yang lebih membingungkan lagi, frekuensi kambuhnya. Saat ini sudah tujuh tahun berlalu semenjak kejadian kelas 5 SD itu. Selama aku menjalani kehidupan 7 tahun ini, migrain  kerapkali kambuh dengan frekuensi yang tidak teratur. Pernah sebulan sekali, setahun dua kali juga pernah, bahkan seminggu tiga kalipun pernah. Intinya, ia datang secara tidak terduga.
Dan aku baru memahaminya setelah aku mencari tahu sendiri dengan browsing di internet. Di zaman serba modern ini, kadang kita suka sok tahu, lebih mempercayai internet ketimbang dokter. Aku mengetik keyword “migrain” di mesin pencarian google. Dan  hasilnya sangat mencengangkan.
Dijelaskan disana ada dua jenis migrain, migrain biasa dan migrain klasik. Migrain—seperti yang sudah diketahui kebanyakan orang—adalah sakit kepala yang hanya menyerang satu sisi kepala saja. Migrain yang disertai dengan aura atau cahaya yang berpendar disebut migrain klasik. Dan itulah yang aku alami.
Penyebab migrain memang sulit dijelaskan. Riwayat migrain dalam keluarga ditemukan di banyak kasus, tapi setahuku di keluargaku tidak ada satupun yang pernah merasakan migrain klasik ini. Jadi memang tidak ada darah migrain di garis keturunan keluargaku, kecuali setelah diriku. Atau mungkin memang aku saja yang tidak tahu.
Meski penyebabnya tidak bisa ditebak namun pemicunya ada. Misalnya dari makanan atau pola hidup yang tidak sehat. Makanan yang dapat memicu migrain diantaranya adalah goreng-gorengan, makanan manis, coklat, keju, jus jeruk, kafein, dan kacang-kacangan. Sayangnya itu semua adalah makanan-makanan kesukaanku.    Atau puasa, stres, kurang tidur, menstruasi, ada rangsangan visual (seperti lampu berkedip), dan perubahan cuaca juga dapat menjadi pemicu migrain.
 Meskipun aku sudah tau hal-hal yang memicu migrain aku tetap saja suka ngeyel makan coklat atau yang manis-manis berlebihan. Pernah migrainku kambuh saat setalah lima hari sebelumnya aku memakan banyak sekali kue kacang, setiap hari, berturut-turut. Sebenarnya itu salahsatu eksperimenku. Aku ingin membuktikan benar tidak makan kacang dapat memicu migrain. Ternyata ya. Tidak lagi-lagi deh... Mengerikan sekali merasakannya.
Dan hingga detik inipun hidupku masih dibayang-bayangi oleh makhluk itu. Ia bisa datang kapan saja ia mau.

9 komentar:


  1. Assalam , pernah tak ponteng kuliah atau kerja hanya disebabkan oleh masalah migrain ?Setiap kali kena migrain je mesti kena ambil MC .Ish3.Apa kata anda cubaCara Untuk Menghilangkan Masalah Migrain Anda Supaya Tak Perlu Ponteng Kuliah Lagi
    Anda mesti sayangkan diri anda kan ??Jom lah sama sama kita berubah untuk kehidupan yang lebih baik .Sekiranya anda ada apa apa kemusykilan atau pertanyaan berkenaan masalah kesihatan anda , jangan tangguh tangguh lagi untuk hubungi saya (Whatsapp +60107096284 Aini)

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum, saya mengalami itu, Selma kurang lebih 16 th ini, apakah saat ini sudah menmukan agar migrain aura tidak membandel lagi?

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum, saya mengalami itu, Selma kurang lebih 16 th ini, apakah saat ini sudah menmukan agar migrain aura tidak membandel lagi?

    BalasHapus
  4. Saya juga mengalami migrain dengan aura dan skarang sudah hampir 3 bulan sy berobat ke dokter syaraf tapi yg aneh nya si aura itu selalu datang walau kadang tanpa sakit kepala...jika mau berbagi silahkan wa saya 085224042058

    BalasHapus
  5. Saya juga mengalaminya sejak SD, ada yg tau penyebabnya?

    BalasHapus
  6. penyebabnya tidak bisa dipastikan, tapi pemicunya ada. misalnya tidak makan selama lebih dari 12 jam, kebanyakan makan coklat/kacang, puasa, hamil muda, menstruasi. olahraga terlalu capek, begadang lalu tidak makan, dan stres.. itu sih sepengalaman yg saya alami selama 17 tahun ini terkena migrain aura

    BalasHapus